Botulisme : Merusak Fungsi Saraf

Botulism adalah jarang terjadi, racun yang mengancam nyawa disebabkan oleh racun-racun yang dihasilkan oleh bakteri clostridium botulinum.

* Racun botulism, biasanya dikonsumsi dalam makanan, bisa melemahkan atau melumpuhkan otot.
* Botulism bisa mulai dengan mulut kering, penglihatan ganda, dan ketidakmampuan untuk fokus pada mata atau dengan gangguan lambung.
* Dokter meneliti contoh darah, kotoran, atau jaringan luka, dan electromyography kemungkinan dilakukan.
* Penyiapan dan penyimpanan makanan dengan hati-hati membantu mencegah botulism.
* Antitoksin digunakan untuk mencegah atau memperlambat efek racun.

Botulism biasanya merupakan jenis makanan beracun.

Racun yang menyebabkan botulism, yang sangat berpotensi racun, bisa sangat merusak fungsi syaraf. Karena racun ini merusak syaraf, mereka disebut neurotoxin. Racun botulism melumpuhkan otot dengan menghambat pelepasan pada neurotransmitter acetycholine dari syaraf. Pada dosis yang sangat kecil, racun bisa digunakan untuk menghilangkan kejang otot dan untuk mengurangi kerutan.


PENYEBAB


Bakteri clostridium botulinum membentuk sel reproduksi yang disebut spora. Seperti biji, spora bisa hidup di bagian yang tidak aktif untuk beberapa tahun, dan mereka sangat bersifat melawan terhadap kerusakan. Ketika kelembaban dan bahan bergizi ada dan oksigen tidak ada (seperti pada usus atau botol atau kaleng bersegel), spora tersebut mulai bertumbuh dan menghasilkan racun. Beberapa racun dihasilkan oleh clostridium botulinum tidak dihancurkan oleh enzim pelindung usus.

Clostridium botulinum adalah banyak di lingkungan sekitar, dan spora bisa ditransportasikan oleh udara. Kebanyakan kasus pada botulism dihasilkan dari pencernaan atau penghisapan pada kotoran dan debu dalam jumlah kecil. Spora bisa juga memasuki tubuh melalui mata atau luka di kulit.

Terdapat beberapa bentuk berbeda pada botulism.

Suntikan obat-obatan illicit meningkatkan resiko botulism

Foodborne botulism terjadi ketika makanan terkontaminasi dengan racun dimakan. Sumber yang paling umum pada foodborne botulism adalah makanan kaleng rumahan, terutama makanan berisi asam rendah, seperti asparagus, kacang hijau, bit, dan jagung. Sumber lainnya termasuk irisan bawang putih dalam minyak, lada cabe rawit, tomat, kentang bakar dibungkus kertas perak yang tengah dibiarkan pada suhu ruangan terlalu lama, ikan kaleng rumahan dan fermentasi. Meskipun begitu, sekitar 10% penguraian terjadi dari makan makanan cepat saji, sangat sering terjadi, sayuran, ikan, buah-buahan, dan rempah-rempah (seperti salsa). Jarang terjadi, daging, produk susu, daging babi, unggas, dan makanan lain yang menyebabkan botulism.

Luka botulism terjadi ketika clostridium botulinum mengkontaminasi luka atau masuk ke dalam jaringan lain. Di dalam luka, bakteri menghasilkan racun yang diserap ke dalam aliran darah. Obat-obatan suntik dengan jarum yang tidak disterilisasi bisa menyebabkan botulism jenis ini, sebagaimana bisa disuntikkan mengandung heroin ke dalam otot atau di bawah kulit (kulit melepuh).

Botulism bayi terjadi pada bayi yang makan makanan mengandung spora pada bakteri dibanding racun. Spora tersebut kemudian berkembang di dalam usus bayi, dimana mereka menghasilkan racun, penyebab pada kebanyakan kasus tidak diketahui, tetapi beberapa kasus telah dihubungkan dengan pencernaan pada madu. Botulism bayi terjadi paling umum diantara bayi yang lebih muda dari usia 6 bulan.

GEJALA

Gejala-gejala pada foodborne botulism terjadi tiba-tiba, biasanya 18 sampai 36 jam setelah racun memasuki tubuh, meskipun gejala-gejala bisa mulai lebih cepat selama 4 jam atau selambat-lambatnya 8 hari setelah mencerna racun. Racun yang lebih banyak diserap, lebih cepat orang menjadi sakit. Biasanya, orang menjadi sakit dalam waktu 24 jam makan makanan terkontaminasi adalah yang sangat parah terkena.

Gejala-gejala pertama pada foodborne atau luka botulism biasanya termasuk mulut kering, penglihatan ganda, kelopak mata layu, dan ketidakmampuan untuk fokus pada benda di sekitarnya. Pupil pada mata tidak mengkerut dengan normal ketika terkena sinar selama pemeriksaan mata. Bagaimanapun, pada foodborne botulism, gejala-gejala pertama seringkali mual, muntah, kram perut, dan diare. Orang yang memiliki luka botulism tidak mengalami gejala-gejala pencernaan apapun.

Kerusakan syaraf oleh racun mempengaruhi kekuatan otot tetapi bukan indra perasa. Nada otot pada wajah kemungkinan hilang. Berbicara dan menelan menjadi sulit. Karena menelan adalah sulit, makanan atau ludah seringkali terhisap (asoirated) ke dalam paru-paru, menyebabkan cekikan atau sumbatan dan meningkatkan resiko pneumonia. Beberapa orang menjadi sembelit. Otot pada lengan dan kaki dan otot yang berhubungan dalam pernafasan menjadi lemah secara progresif sebagaimana gejala-gejala secara bertahap menurunkan tubuh. Masalah pernafasan kemungkinan mengancam nyawa. Pikiran biasanya tetap jernih.

Pada sekitar 90% bayi dengan infant botulism, sembelit adalah gejala awal. Kemudian otot menjadi lumpuh, dimulai dari wajah dan kepala dan segera menuju lengan, kaki dan otot yang berhubungan dengan pernafasan. Kelopak mata layu, menangis lemah, bayi tidak bisa menghisap, dan wajah mereka kehilangan ekspresi. Kisaran masalah dari menjadi lemah dan lambat makan sampai kehilangan nada otot dalam jumlah besar dan mengalami kesulitan bernafas. Ketika bayi kehilangan nada otot, mereka bisa merasa timpang yang abnormal.

DIAGNOSA

Dokter menduga botulism berdasarkan pada gejala-gejala. Meskipun begitu, gangguan lain bisa menyebabkan gejala serupa, sehingga informasi tambahan diperlukan.

Electromyography (merangsang otot dan merekam kegiatan listrik mereka) kemungkinan sangat berguna. Pada kebanyakan kasus pada botulism, yang menunjukkan reaksi otot setelah rangsangan listrik.

Untuk foodborne botulism, kemungkinan sumber makanan menyediakan petunjuk, ketika botulism terjadi pada dua atau lebih orang yang makan makanan yang sama pada tempat yang sama, diagnosa lebih jelas. Diagnosa dipastikan ketika racun terdeteksi di dalam darah atau ketika bakteri dideteksi pada kultur kotoran. Racun bisa juga diidentifikasi di dalam makanan yang dimakan orang tersebut.

Untuk luka botulism, dokter menanyakan apakah seseorang telah mengalami luka yang merusak kulit. Dokter bisa memeriksa tanda tusukan diduga menggunakan obat illicit. Diagnosa tersebut dipastikan ketika racun dideteksi di dalam darah atau ketika bakteri terdeteksi dalam kultur jaringan yang berasal dari luka.

Mendeteksi bakteri atau racun pada contoh kotoran bayi memastikan diagnosa pada botulism bayi.

Kadangkala memastikan apakah botulism terbentuk dari luka atau makanan adalah tidak mungkin.

PENGOBATAN

Orang yang mengalami botulism harus pergi ke rumah sakit segera. Tes laboratorium untuk memastikan diagnosa dilakukan, tetapi pengobatan seringkali tidak dapat ditunda sampai hasilnya diketahui. Untuk membantu menghilangkan berbagai racun yang tidak dapat diserap, dokter bisa memberi arang aktif melalui mulut atau melalui pipa yang dimasukkan ke dalam perut.

Tanda vital (detak, tingkat pernafasan, tekanan darah, dan suhu) diukur dengan sering. Jika masalah pernafasan terjadi, orang dipindahkan ke ruang perawatan intensif dan kemungkinan secara sementara diletakkan pada ventilator. Beberapa pengobatan telah mengurangi presentase kematian disebabkan botulism dari sekitar 70% pada awal 1900 sampai kurang dari 10%.

Zat yang menyumbat aksi racun (antitoxin) diberikan segera mungkin setelah botulism telah didiagnosa. Hal ini lebih mungkin untuk membantu jika diberikan dalam 72 jam ketika gejala-gejala terjadi. Antitoxin bisa memperlambat atau menghentikan kemunduran fisik lebih lanjut, sehingga tubuh bisa sembuh dengan sendirinya lebih dari jangka waktu sebulan. Meskipun begitu, antitoxin tidak dapat membatalkan kerusakan siap dilakukan. Juga, beberapa orang mengalami reaksi alergi serius (anaphylactic)terhadap antitoxin, yang diperoleh dari serum kuda, atau terbentuk serum penyakit. Antitoxin tidak dianjurkan untuk botulism bayi, tetapi digunakan pada botulism immune globulin (diperoleh dari darah pada orang yang diimunisasi melawan botulism) pada bayi akan dipelajari. Orang bisa memerlukan untuk diberi makan melalui pipa pembuluh darah. Bayi bisa memerlukan untuk diberi makan melalui pipa palstik makanan tipis (pipa nasogastric)dilewati melalui hidung dan turun ke tenggorokan.

Beberapa orang yang sembuh dari botulism merasa lelah dan nafas pendek untuk setahun ke depan. Mereka bisa memerlukan terapi fisik jangka panjang.

PENCEGAHAN

Spora dari clostridium botulinum sangat resisten terhadap panas dan bisa bertahan pada rebusan untuk beberapa jam. Meskipun begitu, racun dengan cepat dihancurkan oleh panas. Makanan yang disimpan dalam kaleng bisa menyebabkan botulism jika mereka tidak cukup dimasak sebelum mereka disimpan. Bakteri bisa menghasilkan beberapa racun pada suhu serendah 37.4ºF (3ºC), biasanya suhu pendingin, sehingga membekukan makanan tidak otomatis membuatnya aman.

Cara-cara berikut bisa membantu mencegah foodborne botulism :

* Memasak makanan pada suhu 176º F (79.9ºC) selama 30 menit, hampir selalu menghancurkan racun.
* Merebus makanan kaleng rumahan selama 10 menit, menghancurkan racun.
* Membuang kaleng makanan yang berubah warna atau baunya busuk.
* Membuang kaleng yang menggembung atau bocor.
* Membekukan minyak yang terkena bawang putih atau rempah-rempah.
* Menjaga kentang yang telah dipanggang dalam kertas aluminium tetap panas sampai dihidangkan.
* Tidak memberi makan madu anak yang berusia di bawah 2 tahun, yang bisa mengandung clostridium botulinum spora.

Jika orang tidak pasti kaleng harus dibuang, mereka bisa memeriksa ketika mereka mulai untuk membuka. Sebelum membuat tusukan pertama, mereka bisa meletakkan beberapa tetes air di dalam daerah tersebut untuk ditusuk. Jika air terusir dibandingkan terhisap ke dalam kaleng ketika kaleng ditusuk, kaleng terkontaminasi dan harus dibuang.

Berbagai makanan kemungkinan terkontaminasi harus diletakkan dengan hati-hati. Bahkan racun dalam jumlah sedikit yang tercerna, terhisap, atau terserap melalui mata atau luka di kulit bisa menyebabkan penyakit serius. Sentuhan kulit harus dihindari sebanyak mungkin, dan tangan harus segera dicuci setelah memegang makanan.

Jika luka menjadi terinfeksi, dengan segera mencari perawatan medis bisa mengurangi resiko luka botulism.

Peneliti dan orang lain yang bekerja dengan bakteri atau racun diimunisasi. (medicastore)