Kesulitan Orgasme Harus Diatasi

Meski informasi sudah semakin terbuka, edukasi seks masih saja minim, termasuk bagi pasangan suami-istri. Masih banyak masalah seksual pasutri yang tak terungkap. Salah satu masalah yang masih sering dialami adalah kesulitan orgasme pada perempuan.

Kultur yang menganggap seks tabu dibicarakan menghambat komunikasi pasutri. Akhirnya kebutuhan istri dan suami sulit terpenuhi karena seks dianggap pemenuhan kebutuhan biologis semata. Padahal kepuasan hubungan seksual pasutri mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.

Ketua Asosiasi Seksologi Indonesia Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS, menjelaskan perempuan dikatakan sulit orgasme jika terjadi dalam sebagian besar hubungan seksual. Jika hanya terjadi sesekali, ini bukan menjadi masalah.

Bahkan penelitian tahun 2000 menyebutkan bahwa 53 persen perempuan tidak pernah orgasme pada tahun pertama perkawinan. 

Hambatan orgasme dipengaruhi beberapa hal, jelas Prof Wimpie dalam talkshow "Kebahagiaan Seksual Semu Ereksi Sub-Optimal" di Jakarta, beberapa waktu lalu. Di antaranya masalah yang disebabkan oleh pria, serta faktor psikis dan gangguan pada perempuan.

Masalah pada pria
Ereksi pada pria ada skalanya. Kesulitan ereksi secara optimal akan mempengaruhi kepuasan hubungan seksualnya. Begitupun dengan posisi hubungan seks, yang sebaiknya lebih diperhatikan pasangan, terutama pria. Pria perlu mencari titik peka perempuan dengan variasi posisi agar hubungan seks bisa lebih efektif bagi perempuan.

Psikis perempuan
Hambatan psikis dipengaruhi perjalanan sebelumnya. Trauma masa lalu bisa menimbulkan kesulitan orgasme pada perempuan. Karena itu konseling mengenai psikis perlu dilakukan. Pasutri juga perlu mengkomunikasikan masalah psikis bersama.

Gangguan pada perempuan
Kesulitan orgasme juga perlu ditelisik dari sisi perempuannya. Apakah ada gangguan hormon atau saraf yang mempengaruhi hubungan seksual.

Bahayanya, banyak pasutri tidak menyadari bahwa masalah ini bisa diatasi. Prof Wimpie mengatakan masih banyak yang mengira masalah seperti ini alamiah.

"Edukasi tentang seks masih kurang, inilah yang menyebabkan banyak orang tidak mengetahui bahwa gangguan seks bisa diatasi," tandasnya.(Kompas,Selasa, 15/6/2010)