Serangan Panik dan Penyakit Panik

Panik merupakan kecemasan akut yang luar biasa, yang disertai dengan gejala-gejala fisiologis.

Serangan Panik bisa terjadi pada setiap penyakit kecemasan, biasanya merupakan respon terhadap suatu keadaan tertentu yang berkaitan dengan karakteristik utama dari penyakit tersebut.
Misalnya seorang yang takut ular akan merasa panik jika berhadapan dengan ular.
Keadaan panik ini berbeda dengan panik yang spontan dan tanpa pencetus, seperti yang terjadi pada penyakit panik.

Serangan panik sering terjadi, dan 2-3 kali lebih sering ditemukan pada wanita.
Penyakit panik jarang terjadi dan ditemukan sebanyak kurang dari 1% jumlah penduduk. Penyakit panik biasanya mulai timbul pada akhir masa remaja dan pada masa awal dewasa.

GEJALA
Suatu serangan panik secara tiba-tiba akan menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala berikut:
- Sesak nafas
- Pusing, limbung atau pingsan
- Palpitasi atau denut jantung bertambah cepat
- Gemetar
- Berkeringat
- Tercekik
- Mual, sakit lambung atau diare
- Merasa tidak nyata, aneh atau terlepas dari lingkungan
- Mati rasa atau kesemutan
- Wajah kemerahan atau menggigil
- Nyeri atau rasa tidak enak di dada
- Takut mati
- Takut menjadi gila atau lepas kendali.

Serangan panik sering tak terduga atau terjadi tanpa alasan yang jelas, sehingga penderita sering mengantisipasi dan khawatir akan serangan lainnya. Keadaan ini disebut kecemasan antisipator.
Penderita juga menghindari tempat-tempat dimana mereka pernah mengalami serangan panik. Hal ini disebut agorafobia.

Gejala dari serangan panik melibatkan berbagai organ vital, sehingga penderita seringkali khawatir bahwa mereka memiliki masalah kesehatan yang berbahaya.
Serangan panik menimbulkan rasa tidak nyaman, tetapi tidak berbahaya.

PENGOBATAN
Sebagian besar penderita sembuh tanpa pengobatan, beberapa diantaranya mengalami penyakit panik.
Penyembuhan tanpa pengobatan mungkin saja terjadi, bahkan pada penderita yang mengalami serangan panik berulang atau mengalami kecemasan antisipator.

Penderita yang tidak sembuh dengan sendirinya atau tidak berobat, akan terus mengalami serangan panik.

Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika penderita memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses biologis dan psikis.
Obat-obatan dan terapi perilaku biasanya bisa mengendalikan gejala-gejalanya.
Selain itu, psikoterapi bisa membantu menyelesaikan berbagai pertentangan psikis yang mungkin melatarbelakangi perasanaan dan perilaku cemas.

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati penyakit panik adalah obat anti-depresi dan anti-cemas (misalnya benzodiazepin).
Semua golongan anti-depresi telah terbukti efektif mengatasi penyakit panik:
- trisiklik (misalnya imipramin)
- monoamin oxidase inhibitors (misalnya fenelzin)
- selective serotonin reuptake inhibitors/SSRIs (misalnya fluoksetin).
Benzodiazepin bekerja lebih cepat daripada anti-depresi, tetapi bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan menimbulkan beberapa efek samping (misalnya rasa mengantuk, gangguan koordinasi dan perlambatan waktu reaksi).
SSRIs lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu menyebabkan ketergantungan fisik.

Obat yang efektif akan mencegah atau mengurangi jumlah serangan panik.
Jika serangan panik kembali terjadi setelah pemakaian obat dihentikan, mungkin obat harus diminum lebih lama lagi.

Terapi pemaparan merupakan sejenis terapi perilaku dimana penderita secara berulang dihadapkan kepada hal-hal/kejadian yang memicu terjadinya serangan panik.
Terapi pemaparan seringkali membantu mengurangi ketakutan dan dilakukan sampai penderita mencapai rasa nyaman yang tingi pada keadaan yang menimbulkan kecemasan.

Psikoterapi dilakukan agar penderita memahami berbagai pertentangan psikis dengan lebih