3 Prinsip Membangun Hubungan Berkualitas

Rumput tetangga sering terlihat lebih hijau daripada rumput halaman Anda? Eits, jangan beranggap seperti itu. Anda tidak tahu apa yang sebenarnya dialami keluarga lain, bahkan keluarga kakak Anda sendiri. Banyak sekali keluarga yang dari luar terlihat baik-baik saja, namun kondisi di dalam ternyata sangat menyakitkan.

Membina keluarga tidak cukup hanya berdasarkan kesabaran dan pengertian. Seperti layaknya rumah, keluarga juga memiliki fondasi, pilar, dan atap yang harus terus dijaga agar tetap utuh.

''Ingin punya suami yang berhasil dan sukses, anak-anak juara kelas, sampai pembantu yang dibanggakan lingkungan? Ada caranya, lho,'' ujar Ir Bambang Syumanjaya, MM, MBA, CBA, enter-trainer, family, and bussiness consultant, dalam talkshow "Membangun Keluarga yang Berkualitas" yang digelar oleh Orange Blossom Woman Community, di restoran Happy Kitchen, La Piazza, Kelapa Gading, beberapa waktu lalu.

Dasar atau fondasi dari kehidupan berumah tangga adalah cinta. Cinta tidak menuntut fisik dan perhatian. Cinta juga tidak harus melulu berbalas. Setelah menikah, bukan lagi waktu untuk menuntut cinta yang berbalas. ''Cinta yang berbalas lewat kata-kata hanya dilakukan saat pasangan saling mengenal, yakni saat pacaran,'' ujar Bambang.

Jadi, jangan menuntut pasangan untuk tetap mesra layaknya saat saling mengenal. Terus-terusan menuntut perhatian dari suami atau pasangan bisa jadi bumerang dalam berumah tangga.

''Otak pria dibuat single track. Mereka tidak bisa berkonsentrasi lebih dari satu hal,'' ungkap Bambang.

Jangan menuntut perhatian saat mereka sedang fokus terhadap sesuatu hal. Anda akan dikecewakan. Contohnya, Anda meminta mencicipi masakan yang Anda buat saat suami sedang asyik menonton bola. Wah, bisa jadi Anda hanya dapat dongkolnya. Mereka tidak akan memperhatikan, kadang mendengar pun tidak.

Pilar dalam berumah tangga adalah komunikasi. Jika suami atau pasangan bertemperamen, sebaiknya Anda sudah mengetahuinya sebelum menikah. ''Saat Anda menerimanya menjadi suami, maka saat itulah Anda menerima semua kebaikan dan kekurangannya dalam satu paket,'' tegas Bambang.

Tidak ada lagi alasan Anda lelah dan tidak bisa menerima sifat kerasnya. Saat ini Anda sudah menikah. Berbeda dengan masa pacaran, kondisi saat ini bisa Anda hadapi dengan putus hubungan dan berdiam diri. Tetapi saat sudah menikah yang harus Anda lakukan adalah berkomunikasi. Jika Anda merasa tidak mampu mengatasi perbedaan, putuskan hubungan sebelum berlanjut ke jenjang pernikahan.

Lantas apa atapnya? Manajemen keuangan. Ingat, manajemen keuangan berbeda dengan harta dan keuangan. Masalah kecil yang berhubungan dengan uang bisa jadi pertengkaran.

''Faktor keuangan bisa jadi masalah jika tidak ditegaskan saat awal pernikahan,'' ujarnya. Anda menikah saat pekerjaannya masih luntang-lantung? Siap-siaplah untuk kemungkinan lebih buruk.

Anda menikah dengan pasangan, saat ia memiliki banyak harta dan simpanan? Anda juga tetap harus bersiap-siap. ''Pisahkan harta pribadi yang dikumpulkan sebelum menikah, dan harta bersama,'' sarannya. Ingin tetap bertahan dalam hal keuangan? Bila perlu gunakan konsultan keuangan.

Kehidupan berumah tangga seperti berlari ke garis finish. Tentukan bersama, jalur mana yang akan Anda berdua tempuh. Jalan mana yang lebih cepat sampai dan minim rintangan. Jika Anda berumah tangga tanpa tujuan, Anda tidak akan pernah sampai ke garis finish.

(Kompas,Minggu, 21/3/2010)