Terbuka dengan Anak, Cegah Seks Usia Dini

 
cariobat.blogspot — Aktivitas seks anak pada usia dini harus dicegah melalui peran aktif orangtua dengan cara mengajak diskusi secara terbuka tentang risiko perbuatan tersebut.

Demikian diungkapkan relawan United States Agency for International Development (USAID), Liwayway D Parker, pada seminar tentang pubertas yang diselenggarakan SMA Bopkri II, Yogyakarta, Kamis (15/4/2010) kemarin.

Berdasarkan hasil penelitian selama ini, kata Parker, ada beberapa faktor yang bisa mencegah anak atau remaja tidak terlibat pergaulan bebas dan melakukan hubungan seks pada usia dini, di antaranya bekal pengetahuan dari orangtuanya.

Menurut dia, orangtua hendaknya membekali anak remajanya dengan pengetahuan dan fakta mengenai risiko melakukan hubungan seks pada usia dini. "Misalnya, dengan memberi pengetahuan bahwa risikonya bisa hamil atau tertular penyakit seperti HIV/AIDS," katanya.

Selain itu, kata dia, orangtua hendaknya memberi pengertian kepada anaknya bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik. "Sampaikan kepada anak, apa yang boleh, dan apa yang tidak boleh dilakukan," katanya.

Ia mengatakan, orangtua hendaknya melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan anak remaja dengan memberikan pilihan hidup sehat dan mendorong mereka agar memiliki kepercayaan religius yang kuat serta bergaul dalam komunitas keagamaan.

"Keterlibatan orangtua secara aktif itu diharapkan dapat membantu remaja untuk keluar dari masalah dalam pergaulan bebas mereka, khususnya risiko yang dialami akibat melakukan hubungan seks pada usia dini," katanya.

Menurut dia, pergaulan yang sehat antara anak perempuan dan laki-laki adalah pertemanan dan persahabatan yang baik tanpa melakukan hubungan seks.

Sementara itu, koordinator seminar Dorothea Sri Ismayawati mengatakan, kegiatan bertema "Pubertas Itu Hebat" bertujuan membekali siswa SMA dengan pengetahuan tentang pubertas dan segala permasalahannya. 

"Dengan bekal pengetahuan ini, mereka diharapkan mampu mengatur dan mengelola pergaulannya dengan baik," katanya. Seminar dua hari itu (14-15 April) diikuti sejumlah siswa dari sejumlah SMA di Yogyakarta.

(Sumber: ANT, Kompas, Jumat, 16/4/2010)