Mengenali Gangguan Bipolar

Dalam waktu yang berdekatan, rasa gembira meluap tiba-tiba. Detik berikutnya, suasana sedih yang amat mendalam menyergap. Hal ini bukan pertama kali terjadi. Pernahkah Anda atau orang di sekeliling mengalami hal ini? Jika ya, ada kemungkinan hal tersebut adalah gangguan bipolar.

Gangguan otak
Gangguan bipolar merupakan salah satu jenis gangguan otak. Ciri-cirinya adalah perpindahan suasana hati dan pikiran, energi, atau bahkan perilaku yang cepat atau berubah secara drastis. Perubahan emosi atau suasana hati ini biasanya terjadi tanpa pengaruh hal-hal tertentu, seperti kondisi sekitar atau pengaruh obat-obatan tertentu. Jadi, perubahan emosi ini bisa muncul tiba-tiba.

Umumnya, gangguan bipolar mempunyai tahapan-tahapan emosi yang berulang. Misalnya, depresi, campuran dari berbagai emosi, emosi yang berubah-ubah, hipomania, dan mania. Durasi atau lama waktu emosi ini tidak sama dan bisa berubah-ubah setiap kali gejala muncul.

Hipomania bisa terlihat dari gangguan suasana hati. Gejala ini kadang terlihat dari kemunculan kreativitas yang luar biasa, bahkan terlihat berlebihan meskipun masih terlihat masuk akal.

Sebaliknya, saat mengalami mania, seorang penderita bipolar bisa merasa sangat bangga pada diri sendiri dan ide-ide atau gagasan yang dilontarkan terkesan tidak masuk akal.

Dikenali sedari dini
Gangguan bipolar bisa dikenali sejak semasa masih kecil. Anak yang mempunyai sifat mudah marah, melawan orangtua, atau justru hiperaktif merupakan indikasi yang mengarah pada gangguan bipolar setelah beranjak dewasa. Namun, gejala ini tidak bersifat mutlak. Apabila lingkungan cukup kondusif, gejala bipolar bisa jadi tidak muncul setelah dewasa.

Banyak pakar mengakui, faktor keturunan berpengaruh pada timbulnya gangguan bipolar sejak masih kanak-kanak. Gangguan bipolar dapat diturunkan secara genetis dengan probabilitas 60- 65 persen. Namun, penurunan risiko gangguan bipolar ini tidak selalu dari ayah-ibu langsung ke anak, tetapi bisa juga diturunkan dari kakek-nenek ke cucunya. Meskipun demikian, faktor lain penyebab bipolar belum diketahui secara pasti.

Gangguan bipolar juga bisa muncul pada usia 15-24 tahun. Biasanya, seseorang yang mengalami gangguan bipolar terlihat cerdas dan kreatif. Akibatnya, banyak orang yang tidak memahami seseorang mengalami gangguan bipolar karena terlihat pintar dan hal tersebut dipandang sebagai sesuatu yang wajar.

Tidak hanya pada usia muda atau sedari kecil. Orang yang menginjak usia senja juga rawan terkena gangguan bipolar. Hal ini disebabkan sejumlah faktor. Misalnya, semasa muda, seseorang telah memegang kekuasaan yang cukup bergengsi. Namun, saat usia lanjut, ia dilupakan orang. Hal ini membuat orang lanjut usia menjadi stres dan depresi. Aspek lainnya yang berpengaruh adalah penyakit tertentu seperti tekanan darah tinggi dan diabetes.

Efek dan penanganan
Apa efek gangguan bipolar? Gangguan bipolar lebih berpengaruh pada penderita. Kegembiraan yang berlebihan atau depresi yang sangat parah bisa membuat penderita melakukan tindakan fatal, seperti bunuh diri. Bagi orang lain, penderita bipolar kemungkinan hanya akan dianggap sebagai seseorang yang menyebalkan karena suasana hatinya berubah-ubah.

Gangguan bipolar sebenarnya bisa ditangani. Misalnya dengan terapi atau dengan tambahan bantuan obat-obatan tertentu. Di luar itu, penciptaan lingkungan yang kondusif dan dukungan dari orang-orang sekitar dapat membantu proses penderita bipolar agar menjadi lebih baik. Lompatan-lompatan emosi bisa berkurang dengan lingkungan yang mendukung emosi positif penderita bipolar. Meskipun demikian, proses ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untuk orang yang lanjut usia, penanganan untuk gangguan bipolar akan lebih kompleks. Jadi, disarankan gangguan bipolar dapat dideteksi sejak dini.