Tidak Perlu Malu Tes HIV


HIV/AIDS, siapa yang tak ngeri dengan penyakit ini? Penyakit yang dahulu dikatakan tak ada obatnya ini, memang momok menakutkan bagi masyarakat yang gagal paham mengenai HIV/AIDS. Masih banyak orang berpikir bahwa penyakit ini adalah aib kutukan Tuhan bagi mereka yang punya gaya hidup menyimpang. Mulai dari pemakai narkoba, penjaja cinta, kaum homoseksual, hingga pria hidung belang. Padahal, HIV/AIDS dapat bersarang di siapa saja tanpa pandang bulu. Mulai dari ibu-ibu rumah tangga yang setia, pelajar, karyawan kantoran, hingga petugas kesehatan sekalipun. “Ah, pasti saya tidak termasuk,” begitu mungkin pikir Anda. Pikir lagi, karena sebagian besar orang yang terdiagnosis menderita infeksi HIV/AIDS adalah orang-orang ‘biasa’ yang mungkin berpikiran sama seperti Anda.

Manfaat Tes HIV
Infeksi HIV tidak menimbulkan gejala pada awal infeksi. Setelah bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun, virus HIV akan anteng di dalam tubuh tapi diam-diam menyebabkan pertahanan tubuh terhadap penyakit menjadi semakin lemah. Saat itulah, tubuh akan mudah terserang penyakit dan penyakitnya ringan seperti flu pun bisa fatal dan mematikan karena tubuhnya tidak dapat melawan. Pada masa ini, penderita infeksi HIV dikatakan telah berkembang menjadi AIDS.

Meskipun selama masa infeksi HIV berlangsung kita tidak merasakan apa-apa, tetapi virus yang ada di dalam tubuh dapat menular kepada orang lain. Penularan bisa melalui kontak dengan cairan tubuh, seperti darah, luka lecet atau terbuka di tubuh, serta cairan kelamin. Tidak hanya melalui jarum suntik yang dipakai beramai-ramai atau berhubungan seksual secara sembarangan, kita bisa saja mendapat infeksi dari transfusi darah, tidak sengaja menyentuh darah orang yang terkena HIV pada saat terdapat luka di kulit kita, atau akibat berhubungan seksual dengan pasangan kita sekalipun. Bahkan, jika kita tidak tahu bahwa tubuh kita sudah menjadi sarang HIV, bukan tidak mungkin kita juga ikut menularkan virus ini kepada pasangan atau kepada anak-anak kita, termasuk janin tidak berdosa yang masih berada di dalam kandungan.

Masih berpikir Anda aman dan tidak mungkin terkena infeksi HIV/ AIDS? Ada baiknya Anda pikir lagi. Langkah pertama yang perlu dilakukan sebenarnya mudah, yaitu dengan memeriksakan diri. Namun, banyak orang yang takut memeriksakan status HIV-nya karena takut kalau-kalau dirinya memang menderita infeksi HIV/AIDS. Padahal jika diketahui sejak dini, kita dapat mulai melakukan pengobatan dan pencegahan sejak belum timbul gejala. Dengan demikian, hidup bisa lebih sehat dan panjang. Dengan mengetahui status HIV/AIDS, kita juga dapat melakukan pencegahan-pencegahan agar tidak menularkan virus HIV kepada orang-orang yang kita cintai, yaitu anak dan pasangan kita. Selain itu, tes HIV saat ini juga semakin mudah, murah bahkan gratis, dan rahasia.

Siapa yang Perlu?
Perlu nggak ya memeriksakan status HIV? Jawabannya, perlu.”Siapa pun Anda, apa pun pekerjaan, latar belakang, kebiasaan, dan pasangan Anda, semua orang yang berusia 15 hingga 65 tahun tetap dianjurkan untuk melakukan tes HIV setidaknya sekali,” jelas Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI. Semua wanita hamil juga perlu melakukan tes ini. Apalagi, pemeriksaan HIV saat ini sangat mudah, cepat, dan lebih akurat dibanding dulu. Bahkan, saat ini sudah ada alat tes yang dapat digunakan sendiri di rumah.

Semua orang dianjurkan untuk melakukan tes HIV karena tidak ada satu pun orang yang dianggap benar-benar aman dari HIV. Kita dapat tertular virus ini secara tidak sengaja dan tidak merasakan gejalanya. Bahkan, studi mengatakan bahwa 1 dari 6 penderita HIV tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap infeksi HIV.

Meski semua orang dianjurkan untuk memeriksakan status HIV-nya, tes ini lebih dianjurkan lagi bagi mereka yang berisiko tertular HIV. Di antaranya pada orang yang menggunakan jarum yang sudah digunakan oleh orang lain (baik jarum suntik, jarum untuk tindik, jarum tattoo); petugas kesehatan yang bersentuhan dengan darah, jarum suntik, atau cairan tubuh pasien yang tidak diketahui status HIV-nya; pernah berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom; berhubungan seksual dengan pria yang pernah berhubungan seksual dengan pria lainnya; berhubungan seksual dengan orang yang tidak dikenal/memiliki partner seksual lebih dari satu orang; berhubungan seksual dengan penderita HIV/AIDS; dan orang yang pernah mengalami infeksi menular seksual, seperti kencing nanah (gonore), sifilis, klamidia, dan lain-lain.

Tes di Mana?
Tes HIV dapat dilakukan di rumah sakit yang memiliki klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV Sukarela). Tidak perlu takut menguras kocek, karena biaya pemeriksaan ini biasanya tidak lebih dari lima puluh ribu rupiah. Bahkan, di tempat-tempat tertentu bisa gratis. “Pemeriksaan bersifat rahasia sehingga tidak perlu takut akan diketahui oleh orang lain. Sebelum dan setelah tes dilakukan, Anda juga dapat berkonsultasi dengan konselor untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas mengenai HIV dan dukungan agar siap menerima hasil tes,” tambahnya. Pemeriksaan juga dapat dilakukan di laboratorium klinik swasta. Hanya saja, biasanya tidak dilakukan konseling dan sebelum tes.

Tes HIV umumnya dilakukan dengan menggunakan darah. Tes ini bertujuan untuk melihat antibodi, yaitu zat kekebalan tubuh yang diproduksi tubuh sebagai reaksi terhadap virus HIV. Tes ini biasanya memerlukan waktu beberapa hari hingga satu minggu. Ada juga tes rapid yang dapat memperlihatkan hasil hanya dalam waktu 20 menit. Meski demikian, hasil tes dapat menunjukkan positif atau negatif palsu. Karena itu, tes rapid tetap harus diikuti dengan tes darah. Lalu bagaimana jika kita malu untuk melakukan tes di rumah sakit? Saat ini sudah tersedia tes yang dapat dilakukan sendiri di rumah. Biasanya alat untuk tes berupa stik yang dioles atau digoreskan ke bagian dalam mulut.

Tubuh memerlukan waktu sekitar 3 bulan untuk membentuk antibodi terhadap HIV. Masa 3 bulan ini disebut juga dengan masa jendela. Pada masa ini, hasil pemeriksaan dapat negatif. Meski demikian, kita tetap dapat menularkan virus tersebut kepada orang lain. Bahkan masa ini adalah masa yang paling menular. Karena itu, meskipun tes menunjukkan hasil negatif, kita dianjurkan untuk kembali melakukan tes dalam waktu 3 bulan setelahnya. “Tes secara rutin juga dianjurkan bagi mereka yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.”

Bukan hal Tabu
Tidak sedikit orang yang menganggap dirinya tidak mungkin terkena HIV sehingga enggan melakukan tes. Ini akan membahayakan dirinya dan orang-orang di sekelilingnya. Banyak juga yang tidak peduli karena mengira kasus HIV di Indonesia masih sangat jarang. Padahal, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia meningkat pesat dan banyak yang baru diketahui saat sudah menjadi AIDS atau sudah lanjut sehingga sulit diobati. Sudah menikah dan hanya berhubungan dengan satu orang partner? Ternyata ini pun bukan jaminan tidak akan tertular HIV. Banyak wanita rumah tangga yang mengidap infeksi HIV akibat suami yang main mata di luar rumah tanpa sepengetahuan istrinya.

Selama ini, tempat-tempat pemeriksaan HIV di rumah sakit selalu sunyi sepi. Pasalnya, banyak orang yang merasa malu kalau kedapatan berada di tempat tersebut. Ini karena stigma negatif masyarakat mengenai HIV sendiri masih sangat kuat. Selain malu dan tidak tahu, tes HIV juga sepi peminat karena orang takut mengetahui status HIV-nya. Padahal, dengan memeriksakan diri, kita tidak hanya melindungi diri kita sendiri, tetapi juga melindungi orang-orang yang kita sayangi. Jadi, tabukah periksa status HIV/AIDS? Lebih tabu lagi jika Anda tidak tahu status HIV diri sendiri.