Nyeri dada, apa yang harus saya lakukan..



Nyeri dada adalah rasa nyeri, sakit atau tertekan yang menjangkiti dada. Bagian tubuh yang terasa nyeri bisa dimulai dari bahu hingga ke tulang rusuk. Walau jarang terjadi, tapi rasa sakit bisa menjalar ke rahang, leher, dan hingga ke tangan.

Nyeri dada harus ditanggapi secara serius karena selain bisa menjadi gejala dari berbagai penyakit, nyeri dada juga bisa menjadi gejala serangan jantung.

Temui dokter jika mengalami nyeri dada yang berulang-ulang atau tidak membaik karena untuk menentukan penyebab pastinya diperlukan pemeriksaan yang saksama.
Penyebab Umum Nyeri Dada

Nyeri dada sering dikaitkan dengan penyakit jantung, namun banyak nyeri dada yang tidak diakibatkan oleh penyakit jantung, seperti masalah pencernaan, otot dan tulang. Berikut adalah contoh penyebab nyeri dada yang umumnya tidak tergolong gawat:

  • Cedera pada otot rongga dada atau/dan tulang rusuk.
  • Costochondritis atau inflamasi pada tulang rawan yang menyambungkan tulang dada dengan tulang rusuk.
  • Penyakit asam lambung dan nyeri ulu hati (GERD).
  • Batu empedu atau gangguan pada kandung empedu.
  • Gangguan menelan atau disfagia.
  • Mastitis atau peradangan pada jaringan payudara.
  • Infeksi herpes zoster.
  • Fibromyalgia.


Selain penyebab-penyebab di atas, ada juga penyebab nyeri dada yang tidak terkait dengan jantung namun perlu segera ditangani oleh dokter yaitu:

  • Serangan panik atau kecemasan – detak jantung penderitanya menjadi sangat cepat, sesak napas dan dilanda rasa ketakutan atau kecemasan yang hebat.
  • Pneumotoraks atau adanya udara di antara kedua lapisan yang membungkus paru-paru, sehingga paru-paru mengempis dan penderitanya sangat sulit bernapas.
  • Emboli paru atau terbentuknya gumpalan darah di pembuluh darah paru-paru.


Ketiga kondisi di atas sebaiknya segera di bawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan darurat.

Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda nyeri dada yang umumnya tidak berhubungan dengan jantung:
  •     Dada terasa nyeri saat batuk atau menarik napas panjang.
  •     Sulit menelan.
  •     Dada terasa sakit saat ditekan.
  •     Nyeri ulu hati atau serasa makanan dari lambung naik kembali ke kerongkongan.
  •     Rasa nyeri yang bertambah parah atau membaik saat mengubah posisi tubuh.


Jika gejala sudah berlangsung terus-menerus selama tiga hari atau lebih, sering kambuh, atau bertambah parah dan sangat mengganggu, maka temui dokter.
Waspadai Nyeri Dada Akibat Gangguan Pada Jantung

Nyeri dada juga bisa terjadi akibat gangguan pada jantung seperti angina dan serangan jantung. Angina terjadi karena adanya penyempitan arteri yang menyuplai darah ke otot jantung sehingga aliran darah ke jantung menjadi terbatas. Jantung tidak mendapatkan oksigen yang cukup dan akhirnya menyebabkan dada terasa nyeri.

Jika nyeri dada timbul saat melakukan kegiatan fisik dan rasa nyeri tersebut segera hilang usai beristirahat, maka kemungkinan besar adalah angina. Tapi jika rasa nyeri bertahan lebih dari 20 menit, Anda mungkin terkena serangan jantung. Serangan jantung akan membuat dada Anda terasa seperti diremas atau ditekan oleh benda berat.

Perbedaan utama antara angina dan serangan jantung, di antaranya adalah:

  •  Nyeri dada akibat angina biasanya diakibatkan oleh kegiatan fisik, relatif ringan, berlangsung kurang dari 20 menit dan reda setelah mengonsumsi obat untuk angina.
  •  Rasa tidak nyaman akibat serangan jantung akan tetap berlanjut walau pengobatan angina dengan alat semprot nitrogliserin telah dilakukan. Rasa nyeri akibat serangan jantung bisa muncul saat tidur atau istirahat, tanpa perlu dipicu oleh aktivitas berat. Nyeri dada juga bisa disertai oleh berkeringat, rasa mual, dan rasa sakit yang menyebar ke lengan kiri atau rahang.


Beberapa gejala yang bisa menandakan serangan jantung atau masalah jantung lainnya adalah sebagai berikut:

  •     Dada terasa nyeri saat melakukan kegiatan fisik dan reda dengan beristirahat.
  •     Dada terasa tertekan atau sangat sakit.
  •     Rasa sakit yang menyebar ke lengan, terutama lengan sebelah kiri.
  •     Sulit bernapas.
  •     Mual.
  •     Muntah.
  •     Rasa nyeri berlangsung lama.
  •     Pusing atau merasa lemas.
  •     Keringat dingin.


Jika mengalami nyeri dada dengan gejala-gejala di atas, segera temui dokter atau ke rumah sakit terdekat.

Perlu diingat bahwa ada sebagian penderita penyakit jantung yang tidak mengalami rasa sakit yang parah dan hanya mengalami sedikit ketidaknyamanan pada dada. Oleh karena itu, harap waspada bagi mereka yang menderita obesitas, hipertensi atau tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes atau merokok. Jika Anda memiliki satu atau lebih dari faktor-faktor risiko ini dan merasa tidak nyaman pada dada, sebaiknya periksakan ke dokter untuk memastikan ini bukan serangan jantung.

Perikarditis juga bisa menyebabkan nyeri dada. Perikarditis adalah peradangan pada kantong yang mengelilingi jantung. Rasa nyeri atau sakit akan bertambah parah saat berbaring atau menarik napas.

Selain serangan jantung, ada juga kondisi yang bisa membahayakan nyawa dan menyebabkan nyeri dada, yaitu diseksi aorta. Kondisi ini terjadi ketika lapisan dinding pembuluh darah utama tubuh, aorta, sobek sehingga aliran darah ke tubuh terhambat. Gejalanya adalah nyeri dada yang hebat, sesak napas, hilang kesadaran dan denyut nadi yang sangat lemah di salah satu sisi tangan. Kondisi ini tergolong fatal dan memerlukan pertolongan medis secepatnya.

Diagnosis Nyeri Dada

Jika Anda mengalami nyeri dada yang terasa parah, terus kambuh atau tidak menunjukkan tanda membaik, langkah yang teraman adalah memeriksakannya ke dokter. Dengan ke dokter, penyebab dasar gejala Anda bisa diketahui dan ditangani secepatnya. Ada beberapa tes atau pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis nyeri dada, seperti:
  • X-ray. X-ray pada rongga dada dilakukan untuk memeriksa bentuk dan ukuran jantung, pembuluh darah, serta masalah pada paru-paru.
  • Electrocardiogram (ECG). Otot jantung yang cedera atau terluka tidak dapat menyalurkan impuls secara normal, dan tes ini dilakukan untuk memeriksa aktivitas kelistrikan jantung melalui elektroda yang ditempelkan di kulit.
  •  Tomografi terkomputasi (CT scan). Tes ini dilakukan untuk memeriksa aorta atau keberadaan gumpalan darah di paru-paru.
  •  Tes darah. Tes darah dilakukan untuk memeriksa kadar enzim yang meningkat ketika terjadi luka atau kerusakan pada otot jantung.
  • Kateterisasi jantung (angiogram). Tes ini dilakukan untuk memeriksa penyumbatan atau penyempitan arteri yang menuju jantung.
  • Echocardiogram. Echocardiogram dilakukan untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung dengan menggunakan gelombang suara yang menghasilkan gambar.
  • Tes latihan stres. Ada banyak tipe tes stres yang bisa dilakukan. Tujuan dari tes-tes tersebut untuk mengukur respons pembuluh darah dan jantung terhadap tingkat aktivitas.