Tanda, Gejala, dan Pengobatan Alergi Sperma



Apa yang dimaksud dengan alergi sperma? Apakah alergi sperma memengaruhi kesuburan?

Alergi sperma dialami sekitar 2 persen dari pasangan subur.

Istilah alergi sperma telah menjadi istilah umum hingga menimbulkan pertanyaan apakah perempuan mempunyai sperma. Jawabannya jelas, perempuan tidak memiliki sperma.

Alergi sperma didefinisikan sebagai seseorang (wanita) yang memiliki reaksi alergi terhadap protein baik yang berasal dari diri mereka sendiri maupun dari semen (mani) pasangan.

Tanda-tanda alergi sperma termasuk kulit menjadi kemerahan, terbakar, dan/atau pembengkakan di daerah yang terkena kontak dengan air mani.

Wanita dengan alergi sperma juga bisa mengalami ketidaknyamanan pada daerah kelamin luar.

Alergi sperma sulit untuk didiagnosis. Seorang wanita yang mengalami alergi sperma mungkin mencurigai hal itu sebagai infeksi jamur atau infeksi bakteri karena memiliki gejala yang sangat mirip.

Jika seseorang mengalami reaksi kulit setelah kontak dengan air mani, akan lebih bijaksana segera mencari bantuan medis untuk mengetahui penyebab sebenarnya.

Dari sudut pandang kesuburan, alergi sperma bisa pula memengaruhi kesuburan, meskipun tidak selalu demikian.

Karena alergi sperma biasanya merupakan sinyal respon kekebalan tubuh, sel-sel darah putih menjadi lebih aktif sehingga bisa menyerang sperma sehingga tidak berhasil mencapai sel telur.

Kabar baiknya, ada beberapa cara untuk mengatasi alergi sperma. Ada solusi yang menggunakan metode alami sedang cara lain memerlukan intervensi medis.

Beberapa intervensi medis populer meliputi Desensitisasi Protein, Desensitisasi Semen, dan Inseminasi Buatan.

Desensitisasi Protein (Protein Desensitization)

Prosedur ini mencakup menyuntikkan protein air mani ke dalam darah pasien.

Proses ini bisa memakan waktu cukup lama karena dosis kecil dari protein air mani harus disuntikkan ke dalam darah setiap 10-15 menit selama beberapa jam.

Untuk membuat perawatan efektif, pasien harus terkena air mani pasangannya minimal dua kali per minggu.

Desensitisasi Semen (Semen Desensitization)

Prosedur ini mirip dengan desensitisasi protein, perbedaannya, dalam cara ini air mani disuntikkan ke dalam vagina.

Air mani harus disuntikkan ke dalam vagina setiap 15 – 20 menit selama beberapa jam. Agar pengobatan ini bekerja optimal, pasien harus terkena air mani pasangannya minimal dua kali per minggu.

Inseminasi Buatan

Melalui metode ini, sperma laki-laki dikumpulkan dan dimasukkan ke tubuh pasien untuk menghilangkan penyebab alergi protein.

Selama proses ini, dokter terus memantau siklus reproduksi pasien dan siklus ovulasinya. Saat pasien mengalami ovulasi, dokter akan menggunakan tabung tipis untuk memasukkan air mani ke dalam rahim.

Wanita yang telah didiagnosa dengan alergi sperma bisa menggunakan kondom sebagai penghalang agar sperma tidak bersentuhan dengan bagian tubuh.

Namun, perlu diingat sekali lagi, alergi sperma tidak selalu merupakan ‘vonis mati’ bagi seorang wanita untuk bisa hamil.

Intervensi medis bisa mahal, sehingga sebagian wanita mungkin memilih mencari solusi alami untuk melawan alergi sperma