Sering "Ngeseks" DE pun Lenyap


PARA lansia tak usah khawatir dengan kehidupan seksual yang dikatakan makin tua makin meredup. Semua ini bakal menjadi omong kosong. Ada nasihat baru yang pasti bakal menyenangkan Anda. Katanya, ngeseks-lah, makin sering Anda makin terhindar dari disfungsi ereksi.

Dalam sebuah penelitian yang diikuti oleh sekitar 1.000 pria tua warga Finlandia selama lima tahun ditemukan bahwa mereka yang berhubungan seks secara rutin sejak penelitian itu berlangsung ternyata lebih kecil risikonya mengalami disfungsi ereksi (DE). Faktanya, kian sering ngeseks, makin terhindar DE.

Implikasinya tentu saja jelas, para pria ini direkomendasikan untuk selalu ngeseks untuk mempertahankan kehidupan seksual mereka agar tetap menyala pada usia emas ini. Dr Juha Koskimaki dan koleganya di Universitas Tampere Finlandia melaporkan temuan ini di Jurnal Kedokteran Amerika. Penelitian ini melibatkan sekitar 989 pria yang berusia antara 55 dan 75 tahun.

Secara keseluruhan, mereka yang mengatakan melakukan hubungan seks kurang dari sekali setiap minggunya justru dua kali lebih mudah mengalami DE setelah lima tahun dibandingkan dengan mereka yang ngeseks sekurangnya sekali seminggu. Lebih lanjut, bila dibandingkan dengan mereka yang ngeseks lebih dari tiga kali selama seminggu, risiko menderita DE bakal lebih rendah lagi.

Sejumlah faktor yang menyumbang munculnya DE antara lain usia, diabetes mellitus, dan penyakit jantung. Meski demikian, setelah faktor-faktor tersebut diperhitungkan, tetap saja, aktivitas seksual terkait dengan risiko DE. Demikian temuan dari tim Koskimaki. Jadi, mungkin istilah "gunakanlah atau Anda bakal kehilangan" memiliki arti di sini.

Sama seperti fitnes yang membantu otot untuk tetap berisi, demikian juga aktivitas seksual juga akan membantu memelihara fungsi ereksi para pria. DE terjadi ketika ada masalah aliran darah ke penis. Aktivitas seksual secara teratur, jelas Koskimaki dalam jurnal itu, bakal menolong memelihara kesehatan pembuluh darah dan jaringan-jaringan yang membuat penis ereksi.
Sumber: American Journal of Medicine, Juli 2008./Kompas