Obesitas Bisa Diprediksi Lewat Tes Darah


KEGEMUKAN atau obesitas adalah problem serius yang mengancam masyarakat modern. Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi lemak serta gaya hidup tidak aktif (sedentari) kerap dituding sebagai salah satu faktor penyebab utama merebaknya wabah obesitas.

Berdasarkan suatu riset terbaru para ilmuwan AS, risiko kegemukan pada seseorang sebenarnya dapat diprediksi dengan cara menganalisis salah satu kandungan lemak dalam darah. Hasil penelitian yang dimuat International Journal of Obesity menyatakan, besar kecilnya perubahan kadar trigliserida dalam darah setelah mengonsumsi makanan berlemak dapat mengindikasikan apakah seseorang rentan mengidap obesitas.

Menurut para peneliti, temuan ini dapat membuka jalan bagi para tenaga medis menemukan metode baru mengidentifkasi siapa pun, termasuk anak-anak, akan risiko mengalami kegemukan.

Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak yang diangkut dalam darah dan disimpan pada jaringan lemak tubuh. Lemak ini ditemukan pada jenis-jenis makanab berlemak selain juga dihasilkan tubuh.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa pada suatu hari nanti kita dapat memakai tes darah sederhana guna mengidentifikasi risiko seseorang mengidap obesitas. Kemampuan mengidentifikasi mereka yang lebih rentan akan membuka peluang dalam mengatasi obesitas dengan menyediakan upaya pencegahan bagi mereka yang sangat membutuhkan," ungkap Mark Friedman, peneliti senior dari Monell Center.

Epidemi obesitas diyakini timbul akibat kebiasaan buruk mengonsumsi diet tinggi lemak dan karbohidrat, yang pada akhirny memicu penambahan berat badan. Kecenderungan bertambahnya berat badan setelah mengonsumsi diet tinggi lemak antara lain juga dikendalikan oleh gen-gen. Ada beberapa individu yang mudah sekali menjadi gemuk ketimbang orang lain, padahal jenis dietnya sama.

Dalam riset terbaru ini, para ahli memantau kecenderungan sekelompok tikus terhadap obesitas yang disebabkan diet lemak melalui suatu tes untuk melihat peningkatan kadar trigliserida usai mengonsumsi seporsi makanan berlemak tinggi. Tikus-tikus ini kemudian diberi makanan berlemak tinggi selama empat pekan berikutnya.

Dari metode itu, para ahli dapat memprediksi tikus mana saja yang tubuhnya berubah menjadi obes selama periode empat pekan dengan cara menguji respon metabolik sebelumnya terhadap makanan tinggi lemak. Hasil riset menunjukkan, semakin kecil perubahan kadar trigliserida dalam darat tikus, semakin besar penambahan berat badan.

Sejauh ini, belum ada biomarker atau penanda biologis sederhana untuk memprediksi kecenderungan terhadap obesitas yang disebabkan diet lemak. Oleh sebab itu pula, hingga kini belum ada uji klinis yang dapat membantu dokter mengidentifikasi siapa saja yang berisiko kegemukan.

Penemuan ini mengindikasikan bahwa perubahan kadar trigliserida dalam darah pada suatu hari nanti akan dapat digunakan sebagai suatu metode. Penelitian lanjutan diharapkan akan dapat mengungkap lebih detil bagaimana mekanisme di balik perubahan kadar trigliserida dalam darah.(AC -Sumber : Xinhua-Kompas)