Di Indonesia perdu itu sudah lama dikenal. Kebanyakan diambil sari kulit akarnya sebagai pewarna benang, kain, anyaman pandan, atau mendong. Nenek moyang menggunakan sari kulit akar sebagai obat malaria. Daun sebagai obat luar untuk mengatasi rematik. Buah dimanfaatkan untuk membersihkan karat logam dan mencuci rambut. Belakangan ini manfaat mengkudu terfokus pada khasiatnya sebagai obat.
Penelitian ilmiah mengenai khasiat mengkudu sudah dilaporkan sejak 1949 dalam Pacific Science. Isinya, suatu zat antibakteri dalam mengkudu bisa melawan penyakit akibat Escherichia coli, Staphylococcus aureus, M. pyrogene, dan P. aeruginosa. Penelitian lain membuktikan, buah mengkudu kaya berbagai enzim alami, senyawa
fitonutrien, dan alkaloid proxeronin.
Menurut Dr. Mona Harrison dari Fakultas Kedokteran Boston University sari buah mengkudu
membantu penyediaan xeronin dalam tubuh. Proxeronin dalam buah mengkudu dihancurkan oleh asam lambung menjadi xeronin. Ia berfungsi memperbaiki protein yang berubah bentuk dan sifat. Manfaat lain memperbaiki fungsi kelenjar tiroid dan kelenjar timus. Keduanya penting bagi kekebalan tubuh menghadapi infeksi dari luar. Menyeimbangkan fungsi sel-sel
tubuh dan menormalkan fungsi otak juga andil kedua kelenjar itu.
Komponen aktif lain scopoletin, suatu zat hidroksi-metoksikumarin yang mengandung serotonin. Salah satu fungsinya sebagai neurotransmitter. Di dalam otak ia berperan mengantar sinyal saraf.
Anthraquinone dalam buah mengkudu bersifat antiseptik dan antibakteri dan menyembuhkan
infeksi tubuh. Ini dibuktikan Anne Hirazumi pada 1997 dalam tesis doktornya. Menurut Hirazumi endapan sari buah mengkudu mengandung embalau arab dan beberapa jenis gula seperti galaktosa, rhamnosa, dan asam glukuronat. Zat-zat itu berdaya antitumor dan menstimulasi kekebalan tubuh.
Popularitas mengkudu makin melejit setelah Dr. Ralph M. Heinicke dari Hawaii University meriset 8.000 responden. Penelitian selama 45 tahun itu membuktikan, terapi mengkudu
mengatasi beragam penyakit dengan tingkat kesembuhan 66—91%. Diantaranya masalah otot, kesehatan fisik dan mental, stres, ginjal, arthritis, hipertensi, diabetes, stroke, jantung,
gangguan pencernaan, gangguan pernapasan, dan kanker.
Penelitian ilmiah mengenai khasiat mengkudu sudah dilaporkan sejak 1949 dalam Pacific Science. Isinya, suatu zat antibakteri dalam mengkudu bisa melawan penyakit akibat Escherichia coli, Staphylococcus aureus, M. pyrogene, dan P. aeruginosa. Penelitian lain membuktikan, buah mengkudu kaya berbagai enzim alami, senyawa
fitonutrien, dan alkaloid proxeronin.
Menurut Dr. Mona Harrison dari Fakultas Kedokteran Boston University sari buah mengkudu
membantu penyediaan xeronin dalam tubuh. Proxeronin dalam buah mengkudu dihancurkan oleh asam lambung menjadi xeronin. Ia berfungsi memperbaiki protein yang berubah bentuk dan sifat. Manfaat lain memperbaiki fungsi kelenjar tiroid dan kelenjar timus. Keduanya penting bagi kekebalan tubuh menghadapi infeksi dari luar. Menyeimbangkan fungsi sel-sel
tubuh dan menormalkan fungsi otak juga andil kedua kelenjar itu.
Komponen aktif lain scopoletin, suatu zat hidroksi-metoksikumarin yang mengandung serotonin. Salah satu fungsinya sebagai neurotransmitter. Di dalam otak ia berperan mengantar sinyal saraf.
Anthraquinone dalam buah mengkudu bersifat antiseptik dan antibakteri dan menyembuhkan
infeksi tubuh. Ini dibuktikan Anne Hirazumi pada 1997 dalam tesis doktornya. Menurut Hirazumi endapan sari buah mengkudu mengandung embalau arab dan beberapa jenis gula seperti galaktosa, rhamnosa, dan asam glukuronat. Zat-zat itu berdaya antitumor dan menstimulasi kekebalan tubuh.
Popularitas mengkudu makin melejit setelah Dr. Ralph M. Heinicke dari Hawaii University meriset 8.000 responden. Penelitian selama 45 tahun itu membuktikan, terapi mengkudu
mengatasi beragam penyakit dengan tingkat kesembuhan 66—91%. Diantaranya masalah otot, kesehatan fisik dan mental, stres, ginjal, arthritis, hipertensi, diabetes, stroke, jantung,
gangguan pencernaan, gangguan pernapasan, dan kanker.