Sudah menjaga kebersihan daerah intim dan menghindari kelembaban tapi kok tetap keputihan? Coba dicek apakah akhir-akhir ini Anda mengonsumsi antibiotik secara berlebihan?
Keputihan atau keluarnya cairan vagina secara berlebihan dan kerap menimbulkan keluhan, adalah kondisi yang tidak asing bagi sebagian besar wanita. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menyebutkan 3 dari 4 wanita di sana pernah mengalami keputihan.
Selama ini keputihan sering dikaitkan dengan perilaku tidak higienis atau infeksi jamur. Padahal menurut dr.Stephen Januar Kusmanto, dari Bayer Health Care, keputihan ternyata juga bisa disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang irasional.
"Sekarang ini sakit apa pun sedikit-sedikit minum antibiotik, akibatnya populasi bakteri di daerah vagina bisa ikut mati," kata Stephen. Lebih lanjut ia menjelaskan, bakteri doderlein lactobacillus tersebut secara normal hidup di daerah vagina untuk menghasilkan asam laktat sehingga jamur tidak bisa hidup. "Gara-gara kelebihan antibiotik, bakteri ini ikut mati sehingga jamur tumbuh subur," katanya.
Selain antibiotik, faktor lain yang bisa mencetuskan munculnya si putih adalah kebiasaan menggunakan produk pencuci kewanitaan. "Wanita sekarang maunya daerah intimnya kesat lalu memakai pencuci kewanitaan. Padahal umumnya produk-produk itu sifatnya alkalis dan bisa menurunkan keasaman daerah vagina," kata Stephen. Seperti sudah diketahui, pH keasaman yang normal harusnya antara 3,5 hingga 4,5.
Sebaiknya jangan anggap enteng keputihan. Segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebab keputihan sehingga Anda bisa mendapatkan pengobatan yang tepat. "Hanya dokter yang bisa mengetahui apakah keputihan disebabkan oleh jamur atau infeksi bakteri," tutup Stephen.(Kompas,Kamis, 7/8/2008)