UPAYA untuk menciptakan alat kontrasepsi pria alternatif dari ekstrak daun Gandarusa (Gendarussa vulgaris Ness) tampaknya masih belum bisa diwujudkan dalam waktu dekat. Penelitian tentang potensi tumbuhan ini masih terus dilakukan oleh para ahli di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, dan baru memasuki riset tahap kedua.
"Risetnya baru memasuki tahap dua, jadi saya kira masih lama untuk bisa dirilis sebagai alat atau obat kontrasepsi," ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluaga Berencana Nasional (BKKBN), Dr Sugiri Sjarief dalam temu pers Memperingati Hari Kontrasepsi Se-dunia di Jakarta, Kamis (23/10).
Gandarusa, terang Sugiri, diyakini memiliki potensi menjadi pilihan bagi pria selain dua jenis kontrasepsi yang ada saat ini yakni kondom dan vasektomi. Penelitian Gandarusa mendapat dukungan BKKBN karena efeknya yang mampu mempengaruhi kemampuan sperma pria.
Gandarusa diyakni mampu mempengaruhi produksi enzim hialuronidase dalam sperma laki-laki. Enzim inilah yang berfungsi melunakkan dinding sel telur sehingga sperma dapat menembus sel telur wanita untuk proses pembuahan.
Efek Gandarusa terhadap penurunan aktivitas hialuronidase sebelumnya telah diteliti pada spermatozoa mencit. Penurunan aktivitas hialuronidase yang timbul akibat pemberian ekstrak gandarusa membuat sperma tidak mampu menembus sel telur.
"Nah bentuk kontrasepsinya ini yang masih dalam penelitian, apakah nantinya yang lebih efektif dalam bentuk pil, suntikan, apa mungkin susuk. Penelitian tahap dua baru sebatas menemukan konstelasi antara pengaruh ekstrak terhadap sperma," ungkapnya.
Untuk penemuan lain tentang adanya obat atau zat lain yang berpotensi menjadi kontrasepsi pria lainnya, Sugiri menyatakan BKKBN sejauh masih belum menerima informasi baru. "Untuk riset-riset yang lain belum ada. Belum ada yang memberi harapan baru," tandasnya.(Kompas,Kamis, 23/10/2008)