"Akhirnya, masyarakat tidak mendapatkan hasil maksimal karena penyakit disfungsi seksual berbeda-beda dan memiliki obatnya sendiri-sendiri," kata pakar Andrologi dan Seksologi, Wimpie Pangkahila di Jakarta, Kamis (11/12).
Wimpie menjelaskan, dalam masyarakat, obat kuat dapat diartikan dengan berbagai pemahaman. Pada suatu saat, obat kuat dapat diartikan sebagai obat erektogenik yang berfungsi membuat ereksi jadi lebih baik. Bisa juga diartikan untuk menghambat laju ejakulasi agar tidak cepat terjadi. Terakhir, obat kuat juga dianggap mampu meningkatkan dorongan seksual.
Lebih parah lagi, obat kuat yang beredar hanya ditujukan pada kaum pria saja. Padahal wanita juga bisa mengalami disfungsi seksual, bedanya wanita tidak mengalami disfungsi ereksi. Selain itu, faktor penyebab disfungsi seksual juga sama terutama fisik, seperti dorongan seksual, bangkitan seksual, dan daya tahan orgasme.
"Masyarakat harus paham mengenai disfungsi seksual sehingga penanganan tidak dilakukan secara sepihak," lanjut Wimpie.
Dalam penanganan disfungsi seksual, lanjut Wimpie, seharusnya pasien mengonsultasikan kepada dokter terkait. Lewat konsultasi tersebut akan diketahui disfungsi yang sedang dialami sekaligus obat yang cocok untuk dikonsumsi sehingga pasien mendapatkan penanganan yang baik dengan pengawasan dokter.(Kompas,Kamis, 11 Desember 2008)