Makin Sehat, Ereksi Makin Keras

Ada yang mengatakan bahwa untuk mengukur karakter seorang pria, cari tahu siapa teman-temannya. Lalu, bagaimana mengintip status kesehatannya? Menurut dr Steven Lamm, cara terbaik untuk mengetahuinya adalah lewat kekerasan ereksinya.

Dalam bukunya, The Hardness Factor, Lamm mengatakan bahwa kesehatan seorang pria secara umum sangat berpengaruh pada kualitas ereksinya. Salah satu contohnya adalah kesehatan jantung. Berbagai literatur menyebutkan, pria yang menderita penyakit jantung berisiko besar mengalami disfungsi ereksi (impoten).

Penelitian terbaru mengenai kaitan antara ereksi dan kesehatan jantung menyebutkan bahwa disfungsi ereksi bisa jadi gejala awal adanya masalah di jantung. Risikonya hampir sama pada pria yang merokok atau kadar kolesterolnya tinggi. Oleh karena itu, mereka yang mengeluh "jagonya" tak mau berkokok lagi sebaiknya segera menemui dokter ahli kardiologi.

Hal tersebut terjadi karena sebenarnya penyebab impotensi dan penyebab penyakit jantung adalah sama, yakni ateroklerosis atau penyumbatan pembuluh darah. Bahaya terbesar dari penimbunan plak ini adalah menyempitnya pembuluh darah.

Sementara itu, untuk bisa "tegak", penis harus dipenuhi dengan darah. Oleh karena itu, endothelium (lapisan sel di arteri) harus dalam kondisi rileks sehingga arteri bisa membesar dan sirkulasi darah ke organ vital menjadi lancar. Dengan kata lain, apa pun yang menghentikan aliran darah ke penis akan memperkecil peluang terjadinya ereksi.

"Pembuluh darah yang mengarah ke penis lebih kecil daripada arteri yang mengarah ke otak atau jantung," kata Ira Sharlip, MD, ahli urologi dari Universitas California. Pengerasan arteri pertama-tama akan menimbulkan dampak bila terjadi di pembuluh darah kecil.

"Bila Anda seorang pria berusia 45-50 tahun dan tidak punya faktor lain yang bisa membuat Anda impotensi, maka sebaiknya Anda berkonsultasi pada dokter ahli jantung," kata Sharlip, yang telah mempelajari mengenai impotensi selama lebih dari dua dekade.

Para dokter yang dahulu pernah memandang impotensi hampir secara eksklusif sebagai masalah psikologis sekarang percaya bahwa sekurangnya tujuh di antara sepuluh kasus impotensi memiliki penyebab fisik. Penyebab itu termasuk penyakit jantung, diabetes, gangguan kelenjar gondok, atau cedera pada penis.


(Sumber: WebMD , Kompas,Kamis, 27/5/2010)