Normalkah Bila Si Dia Menikmati Pornografi?


Anda yang mengkhawatirkan kebiasaan pasangan yang suka berlama-lama menikmati internet porn, kini boleh sedikit lega. Ian Kerner, sex therapist yang juga penulis buku She Comes First, mengibaratkan, pria dan pornografi sama halnya dengan wanita dan salon. Yang mereka rasakan usai melakukan aktivitas tersebut kurang lebih sama: rileks, segar, dan stres mendadak hilang.

Seksualitas pria berbeda dari wanita. Ketika melihat sesuatu atau seseorang yang seksi, wanita bisa menikmati pemandangan tersebut, namun tidak lantas ingin berhubungan seksual. Inilah yang membedakan kita dengan para pria. Mereka lebih mudah merespons pemicu visual dari luar dirinya, seperti majalah atau internet yang memuat pornografi. Apa yang terjadi saat itu?

Ketika melihat obyek yang seksi, saraf-saraf mulai "terbakar", aliran darah bergegas ke arah genital, dan saat itulah pria siap melakukan sesi selanjutnya (misalnya masturbasi). Masturbasi sendiri adalah salah satu aktivitas yang normal dan sehat dari seksualitas. Pria yang menjalin hubungan yang solid dan kehidupan seks yang normal pun, cenderung untuk lebih sering bermasturbasi daripada pria yang tidak memiliki latar belakang semacam itu. Pria yang kehidupan seksnya normal menyebabkan kadar testosteronnya meningkat, sedangkan pria yang tidak memiliki hubungan seksual yang sehat cenderung lebih depresi, dan depresi bisa menghilangkah keinginan bercinta.

Internet adalah penyebabnya
Bila pasangan gemar menikmati pornografi, tidak berarti mereka tidak tertarik pada wanita secara normal. Pornografi bagi mereka hanya seperti snack, yang ingin dikudap sesekali. Pada awalnya mungkin mereka juga tidak berniat browsing situs-situs pornografi. Ketika sedang melihat-lihat hasil pertandingan NBA atau mencari film-film box office, mendadak ada pop-up window yang mengantarkan mereka ke situs-situs pornografi. Segalanya sudah tersaji, dan mudah diakses, sehingga hal ini menjadikan suatu kebiasaan baru. Seperti drugs, mereka mulai merasa makin dan makin membutuhkannya.

Pornografi kemudian menjadi seperti membidik sasaran dengan senjata -kita harus peduli pada sudut pandang pembidiknya. Jika seorang pria merasa kehilangan sesuatu dalam hubungannya dengan wanita, pornografi menjadi suatu cara untuk melarikan diri dari hubungan tersebut, dan bukannya sebagai cara untuk melampiaskan hasrat seksual (tanpa menyakiti pasangannya). Bila hal ini dibiarkan berlarut-larut, yang terjadi kemudian adalah kecanduan, penyimpangan, bahkan mungkin perselingkuhan.

Nah, jika Anda mengkhawatirkan kebiasaan pasangan dengan pornografi, ini yang dapat Anda lakukan:

* Jangan mengonfrontasinya. Hal ini hanya akan menyebabkan pria merasa disudutkan, diserang rasa takut, panik, gelisah, dan ketidakpastian mengenai kondisi dirinya. Sebaliknya, lakukan pendekatan secara konstruktif.

* Jangan menganggapnya terlalu serius. Anda mungkin akan berpikir, "Bagaimana dengan hubungan kita nanti?", atau, "Jadi ini yang membuat dia tak mau lagi sering-sering bersamaku?", juga, "Berapa lama hal ini berlangsung?". Segera ambil nafas panjang, kemudian pikirkan baik-baik. Mungkin hal ini sama sekali tidak mempengaruhi sikapnya pada Anda selama ini. Mungkin ada penyebab lain yang mengacaukan hubungan Anda, bukan pornografi tersebut.

Haruskah merasa khawatir?
Meskipun begitu, Anda perlu lebih waspada untuk mengamati apakah kebiasaan tersebut berubah menjadi sesuatu yang mungkin memang mengkhawatirkan. Tanyakan pada diri Anda:

* Apakah ia telah kehilangan gairahnya? Apakah ia mulai kurang tertarik, atau tidak lagi tertarik pada seks? Jika ya, ia mungkin sudah menghabiskan hasratnya pada sumber-sumber seksual yang seharusnya didapatnya dari hubungannya dengan Anda.

* Apakah ia sering tidak fokus saat bercinta dengan Anda? Perhatiannya melayang kemana-mana? Sebagian pria mungkin menjadi begitu terbiasa dengan stimulasi visual secara intens sehingga tanpa sadar mereka mulai mengalami ADD (attention deficit disorder) secara seksual. Akibatnya mereka tidak lagi mampu berfokus pada sesi bercinta dengan pasangannya.

* Apakah ia membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai orgasme, atau ia sering tidak mampu mendapatkannya? Banyak pria yang lalu menerapkan gaya masturbasi yang berbeda dari yang dirasakan saat bercinta dengan pasangannya.

Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini. Bila hal di atas tidak terjadi, atau si dia masih mampu bersikap normal, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Bila semua jawaban pertanyaan tersebut sesuai dengan yang terjadi pada Anda, saatnya Anda berkonsultasi dengan ahlinya. Atau, mengevaluasi ulang hubungan Anda.


Sumber: msnbc, kompas,Jumat, 28/8/2009