Penggunaan pelumas (lubrikan) dalam hubungan seks lewat anal tanpa kondom akan meningkatkan risiko penularan HIV, baik pada pria atau wanita.
Kecemasan pada kemungkinan terjadinya penularan itu mencuat dari hasil dua studi. Selain itu risiko infeksi HIV memang lebih tinggi bila infeksi sudah terjadi pada lapisan rektum pada orang yang menerima hubungan lewat anal tersebut.
Pada studi pertama yang dilakukan antara tahun 2006-2008, para peneliti mengamati 900 pria dan wanita yang menggunakan pemulas. Ternyata mereka beresiko tiga kali lebih besar untuk tertular penyakit seksual lewat anal.
Walaupun jenis lubrikan yang dipakai secara spesifik tidak berpengaruh, namun mayoritas responden mengatakan mereka menggunakan lubrikan berbahan dasar air (76 persen), sementara itu 28 persen menggunakan lubrikan berbahan silikon, dan 17 persen berbahan minyak.
Pada studi kedua, para peneliti dari Universitas Pittsburgh meneliti lima jenis lubrikan yang paling populer di pasaran berdasarkan survei terhadap 9000 pria dan wanita di 100 negara. Seluruh lubrikan yang populer adalah yang berbahan dasar air, kecuali satu jenis yang berbahan silikon.
Para peneliti tidak menguji efek lubrikan ketika dipakai dalam hubungan seks secara nyata, namun diteliti di laboratorium. Ternyata, beberapa jenis lubrikan memiliki efek toksik pada sel dan jaringan di anal. Diduga hal ini karena kandungan garam dan gula yang terdapat di produk lubrikan.
"Kita memang tidak bisa menarik kesimpulan dari penelitian yang sifatnya kecil. Masih dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah lubrikan memang berpotensi menjadi penular HIV," kata peneliti.
Menurut data di Amerika, 90 persen pasangan homoseksual melakukan hubungan seks lewat anal. Sementara pada pasangan heteroksesual (pria dan wanita) 10-35 persennya paling tidak pernah melakukan seks anal satu kali. Lubrikan merupakan pendukung hubungan seks anal yang dianggap penting, sedangkan kondom tidak.
Sumber: Healthday News , Kompas,Kamis, 27/5/2010