SEJAK menikah 10 tahun lalu, ia belum pernah merasakan kenikmatan ejakulasi. Kasihan, ya? Saat sperma keluar, ia tidak merasakan apa-apa. Apakah masalah seperti itu bisa diobati?
“Saya seorang pria berumur 38 tahun. Sudah menikah selama 10 tahun. Saya tidak mempunyai masalah seksual. Namun, sejak menikah, saya tidak merasakan kenikmatan saat ejakulasi. Jadi, saat sperma keluar, saya tidak merasakan kenikmatan. Saya tidak merasakan apa-apa.
Yang ingin saya tanyakan, apa kelainan yang saya alami ini? Apa yang menyebabkan saya tidak merasakan kenikmatan saat ejakulasi? Apakah masalah saya bisa diobati?
Ke mana saya harus berobat? Setahu saya, klinik yang ada hanya menangani masalah impotensi, langsung dengan suntikan di penis dan semprot.”
E.B., Jakarta
Jarang Terjadi
Saya pikir, Anda dan pembaca lain perlu mengetahui bahwa gangguan fungsi seksual (disfungsi seksual) pada pria bukan cuma disfungsi ereksi (impotensi) dan ejakulasi dini. Disfungsi seksual pria ada beberapa macam, yaitu gangguan dorongan seksual, disfungsi ereksi, ereksi berkepanjangan, ejakulasi dini, ejakulasi terhambat, dan disfungsi orgasme.
Karena ada beberapa jenis disfungsi seksual, pengobatan setiap jenisnya tidak sama. Artinya, pengobatan disfungsi orgasme pasti tidak sama dengan pengobatan disfungsi ereksi atau gangguan dorongan seksual dari yang lain.
Pada pria normal, orgasme terjadi bersamaan dengan ejakulasi. Karena itu, ketika mengalami ejakulasi, pria juga merasakan kenikmatan seksual (orgasme).
Namun, dapat terjadi orgasme tanpa ejakulasi sehingga, ketika merasakan kenikmatan seksual, tidak terjadi ejakulasi. Sebaliknya, dapat terjadi ejakulasi tanpa orgasme. Jadi, ketika mengalami ejakulasi, tidak terasa kenikmatan seksual. Inilah yang terjadi pada pria yang mengalami disfungsi orgasme. Kalau benar Anda tidak merasakan kenikmatan seksual ketika mengalami ejakulasi, berarti Anda mengalami disfungsi orgasme.
Fisik dan Psikis
Berdasarkan pengalaman klinis, tidak banyak pria yang mengalami disfungsi orgasme. Kenyataan ini sesuai dengan pengalaman klinis di negara lain.
Bertolak belakang dengan pada wanita yang banyak mengalami disfungsi orgasme, pada pria, disfungsi orgasme jarang terjadi. Dalam pengalaman menangani pasien disfungsi seksual selama 11 tahun terakhir, saya hanya menerima 5 pasien dengan keluhan disfungsi orgasme.
Disfungsi orgasme dapat terjadi karena penyebab fisik, yaitu penyakit saraf pusat seperti multipel sklerosis, parkinson, huntington’s chorea, dan akibat operasi di bagian tulang belakang bawah. Termasuk juga akibat penggunaan obat anticemas dan penenang. Penyebab lain yang bersifat psikis juga bisa terjadi, seperti kecemasan, perasaan takut menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan.
Untuk mengatasi hambatan orgasme karena penyakit, penyebab yang ada harus diatasi dulu. Kalau obat tertentu yang menjadi penyebabnya, penggunaannya harus dihentikan. Pada disfungsi orgasme karena penyebab psikis, diperlukan terapi perilaku (behavioral therapy).
Anda dapat berkonsultasi lebih jauh dengan dokter spesialis andrologi atau seksologi untuk mendapat penanganan. Yang pasti, penanganan disfungsi orgasme pastilah tidak sama dengan penanganan untuk disfungsi ereksi atau ejakulasi dini. @
Konsultasi Seksologi dengan Prof. Wimpie Pangkahila Sp. And (*) di Tabloid Gaya Hidup Sehat
“Saya seorang pria berumur 38 tahun. Sudah menikah selama 10 tahun. Saya tidak mempunyai masalah seksual. Namun, sejak menikah, saya tidak merasakan kenikmatan saat ejakulasi. Jadi, saat sperma keluar, saya tidak merasakan kenikmatan. Saya tidak merasakan apa-apa.
Yang ingin saya tanyakan, apa kelainan yang saya alami ini? Apa yang menyebabkan saya tidak merasakan kenikmatan saat ejakulasi? Apakah masalah saya bisa diobati?
Ke mana saya harus berobat? Setahu saya, klinik yang ada hanya menangani masalah impotensi, langsung dengan suntikan di penis dan semprot.”
E.B., Jakarta
Jarang Terjadi
Saya pikir, Anda dan pembaca lain perlu mengetahui bahwa gangguan fungsi seksual (disfungsi seksual) pada pria bukan cuma disfungsi ereksi (impotensi) dan ejakulasi dini. Disfungsi seksual pria ada beberapa macam, yaitu gangguan dorongan seksual, disfungsi ereksi, ereksi berkepanjangan, ejakulasi dini, ejakulasi terhambat, dan disfungsi orgasme.
Karena ada beberapa jenis disfungsi seksual, pengobatan setiap jenisnya tidak sama. Artinya, pengobatan disfungsi orgasme pasti tidak sama dengan pengobatan disfungsi ereksi atau gangguan dorongan seksual dari yang lain.
Pada pria normal, orgasme terjadi bersamaan dengan ejakulasi. Karena itu, ketika mengalami ejakulasi, pria juga merasakan kenikmatan seksual (orgasme).
Namun, dapat terjadi orgasme tanpa ejakulasi sehingga, ketika merasakan kenikmatan seksual, tidak terjadi ejakulasi. Sebaliknya, dapat terjadi ejakulasi tanpa orgasme. Jadi, ketika mengalami ejakulasi, tidak terasa kenikmatan seksual. Inilah yang terjadi pada pria yang mengalami disfungsi orgasme. Kalau benar Anda tidak merasakan kenikmatan seksual ketika mengalami ejakulasi, berarti Anda mengalami disfungsi orgasme.
Fisik dan Psikis
Berdasarkan pengalaman klinis, tidak banyak pria yang mengalami disfungsi orgasme. Kenyataan ini sesuai dengan pengalaman klinis di negara lain.
Bertolak belakang dengan pada wanita yang banyak mengalami disfungsi orgasme, pada pria, disfungsi orgasme jarang terjadi. Dalam pengalaman menangani pasien disfungsi seksual selama 11 tahun terakhir, saya hanya menerima 5 pasien dengan keluhan disfungsi orgasme.
Disfungsi orgasme dapat terjadi karena penyebab fisik, yaitu penyakit saraf pusat seperti multipel sklerosis, parkinson, huntington’s chorea, dan akibat operasi di bagian tulang belakang bawah. Termasuk juga akibat penggunaan obat anticemas dan penenang. Penyebab lain yang bersifat psikis juga bisa terjadi, seperti kecemasan, perasaan takut menghamili, dan kejemuan terhadap pasangan.
Untuk mengatasi hambatan orgasme karena penyakit, penyebab yang ada harus diatasi dulu. Kalau obat tertentu yang menjadi penyebabnya, penggunaannya harus dihentikan. Pada disfungsi orgasme karena penyebab psikis, diperlukan terapi perilaku (behavioral therapy).
Anda dapat berkonsultasi lebih jauh dengan dokter spesialis andrologi atau seksologi untuk mendapat penanganan. Yang pasti, penanganan disfungsi orgasme pastilah tidak sama dengan penanganan untuk disfungsi ereksi atau ejakulasi dini. @
Konsultasi Seksologi dengan Prof. Wimpie Pangkahila Sp. And (*) di Tabloid Gaya Hidup Sehat
(*) Seksolog dan androlog dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.(Kompas,Sabtu, 27 Desember 2008)