JANGAN sekali-kali memandang remeh tanaman liar di pinggiran jalan, karena bisa jadi tanaman itu memiliki manfaat obat.
Contohnya Meniran yang dalam bahasa Latin dikenal dengan sebutan "Phyllanthus Urinaria" yang mempunyai batang berwarna hijau kemerahan.
Tumbuhan ini memiliki kandungan yang bisa meningkatkan trombosit darah, sehingga cocok menjadi obat alternatif bagi penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
Adalah lima mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang melakukan penelitian terkait kandungan Meniran itu.
Lima peneliti muda ITS itu adalah M. Burhan Rosyidi, Idya Rachmawati, Tyas Wulan Sari, Angga Premana dan M Herman Eko.
Mereka memiliki ide membuat ekstrak Meniran menjadi sirup yang bisa dikonsumsi untuk penderita DBD.
Ide penelitian itu pun diajukan ke Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Depdiknas RI lewat Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) setahun silam dan akhirnya didanai.
Untuk mengawali penelitian, Idya dan keempat rekannya mengumpulkan Meniran. "Kami cukup mengumpulkan Meniran yang ada di sekitar kampus saja," ucapnya.
Menurut mahasiswa Biologi ITS itu, ide pemanfaatan Meniran itu tak terlepas dari mudahnya tanaman itu ditemukan, termasuk di kampus.
"Meniran itu tumbuh liar dan hampir ada di setiap pinggir jalan, bahkan di ladang yang kering juga bisa ditemui," paparnya.
Ekstraksi-destilasi
Dari studi literatur, mereka mengetahui bila tanaman yang mengandung "flavonoid" itu berkhasiat meningkatkan trombosit darah.
"Flavonoid itu mampu meningkatkan zat antibodi yang berguna dalam pembentukan trombosit darah, zat itu pula yang terkandung dalam jambu biji," kata peneliti muda lainnya, Burhan.
Dalam penelitian itu, mereka mencoba mengekstraksi Meniran untuk memperoleh flavonoid, lalu membuat formulasi dan mengujinya pada sampel uji yang sudah diinfeksi virus DBD.
Untuk melakukan ekstraksi, Laboratorium Kimia Organik menjadi sasaran kelima mahasiswa itu, guna mendapatkan kandungan flavonoid murni.
Proses itu ternyata tidak mudah. "Kami kadang harus mendestilasi Meniran hingga larut, kemudian ada beberapa proses lagi seperti kromatografi kolom untuk pembuktian akhir adanya flavonoid," kilahnya.
Mahasiswa asal Gresik itu menuturkan pekerjaan selanjutnya adalah melihat hasil peningkatan trombosit pada hewan uji (tikus besar) yang telah disuntik flavonoid.
"Untuk melihat apakah trombosit tersebut meningkat, maka sumsum tulang belakang dari tikus besar itu dibedah. Dari kepingan sumsum tulang belakang itu bisa diketahui berapa jumlah trombosit dengan penambahan Nacl terlebih dahulu," katanya.
Setelah itu, tim peneliti muda itu melakukan perbandingan dan diketahui bila jumlah trombosit hewan yang diuji dengan ekstrak Meniran mengalami kenaikan lebih besar dibandingkan dengan yang tidak.
"Penelitian tidak berhenti, karena kami masih memerlukan ekstrak murni flavonoid Meniran untuk dibuat menjadi sirup, sehingga perlu ditambahkan beberapa zat lagi," katanya.
Kelima peneliti muda dari ITS itu berharap Meniran nantinya bisa dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia melalui formulasi dosis lebih lanjut yang layak untuk konsumsi manusia, tapi konsumsi secara langsung untuk lalapan juga tak apa.
Kompas,Selasa, 3 Maret 2009