Keputihan bisa timbul akibat penanganan organ kewanitaan yang kurang baik, khususnya ketika Anda sedang menstruasi.
Selama menjalani siklus menstruasi, organ intim perempuan berada dalam kondisi yang lebih lembap dari biasanya. Itulah mengapa setiap perempuan harus lebih memperhatikan kondisi organ intim selama menstruasi.
Dr. dr. Junita Indarti, SPOG , spesialis kebidanan dan penyakit kandungan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo , memaparkan bahwa akibat dari lalai menjaga kebersihan organ intim khususnya ketika siklus menstruasi adalah tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diharapkan. Kelalaian ini juga bisa menimbulkan bau, infeksi, juga keputihan yang tidak wajar. “Darah itu, kan, media kuman yang baik, mengingat selama menstruasi darah akan menempel di permukaan vulva, maka kita harus terus menjaga kebersihannya agar kelembapan vagina tetap terjaga,” ujar Junita.
Selama menjalani siklus menstruasi, organ intim perempuan berada dalam kondisi yang lebih lembap dari biasanya. Itulah mengapa setiap perempuan harus lebih memperhatikan kondisi organ intim selama menstruasi.
Dr. dr. Junita Indarti, SPOG , spesialis kebidanan dan penyakit kandungan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo , memaparkan bahwa akibat dari lalai menjaga kebersihan organ intim khususnya ketika siklus menstruasi adalah tumbuhnya mikroorganisme yang tidak diharapkan. Kelalaian ini juga bisa menimbulkan bau, infeksi, juga keputihan yang tidak wajar. “Darah itu, kan, media kuman yang baik, mengingat selama menstruasi darah akan menempel di permukaan vulva, maka kita harus terus menjaga kebersihannya agar kelembapan vagina tetap terjaga,” ujar Junita.
Pada dasarnya, vagina dalam keadaan normal pun memang tetap memiliki bakteri. Namun ada bakteri yang baik, ada juga bakteri yang dapat menjadi patogen. Junita menuturkan, di samping bakteri baik seperti lactobacillus , spora Candida adalah bakteri yang dikenal sebagai penyebab keputihan. “Jika kelembapan vagina berada di atas ambang normal, spora Candida ini dapat menjadi patogen sehingga ada kemungkinan membuat infeksi yang menyebabkan keputihan. Akibatnya sangat mengganggu karena vagina jadi berbau dan gatal,” papar Junita.
Tangan Harus Bersih
Keluhan keputihan pada perempuan cukup tinggi. Oleh karena itu, kaum hawa harus memahami cara menjaga kesehatan organ reproduksi yang benar. Salah satunya memastikan tangan dalam kondisi bersih ketika bersentuhan langsung dengan vagina. “Mencuci tangan terlebih dahulu itu penting. Ketika membasuh pun kita harus memastikan airnya benar-benar bersih atau sesekali gunakan air hangat. Sementara jika menggunakan air yang mengalir, misalnya dengan disemprot, semprotannya jangan terlampau kencang," tukas Junita.
Rangkaian membersihkan organ kewanitaan ini dilakukan agar tidak ada bakteri yang berasal dari tangan hinggap ke vagina. Selain itu, penting juga untuk membersihkan daerah kewanitaan menggunakan sabun dengan Ph yang sesuai, yaitu sekitar 4,5. Tindakan ini bertujuan untuk menjaga keasaman vagina agar tetap pada kondisi yang diperlukan. Namun, dosen Universitas Indonesia ini juga menambahkan, bahwa penggunaan pewangi untuk vagina sebenarnya tidak terlampau perlu karena zat kimia di dalamnya rentan membuat alergi.
Memastikan vagina dalam keadaan kering sebelum kita mengenakan celana dalam agar kelembapannya terjaga juga tak kalah penting. “Ini sangat penting. Bukan sekadar membersihkan dengan mengusap tisu, tapi celah di antara dua labia harus ikut diusap lembut dari arah depan ke belakang,” tambah Junita. Lain halnya jika Anda sedang mengalami keputihan. Selain melakukan perawatan tadi, Anda pun wajib mengganti celana dalam secara rutin agar tetap kering dan nyaman.
Pilah-Pilih Pembalut
Beragam jenis pembalut di pasaran menawarkan berbagai inovasi yang mengklaim sebagai produk terbaik dan teraman untuk kesehatan. Menanggapi hal ini, Junita menyatakan, pada dasarnya tidak ada jenis pembalut yang lebih baik atau lebih buruk. “Tidak ada kategori khusus, yang penting dapat menyerap darah haid dengan baik dan membuat nyaman,” ujar Junita.
Dengan demikian, kriteria pembalut yang baik akan berbeda setiap orangnya. Baik dilihat dari ukuran panjang maupun ketebalan, semua tergantung pada setiap individu. Begitu juga dengan pembalut herbal yang disebut-sebut lebih sehat dan aman. “Pembalut herbal, sebenarnya sama saja. Pasalnya, kandungan herbal atau antibakteri yang terkandung dalam pembalut, kan, hanya bekerja di permukaan vagina. Ia tidak sampai masuk ke liang vagina sehingga tidak bisa mengobati ke dalam,” tegas Junita.
Ia lantas menambahkan bahwa kandungan antibakteri atau antioksidan pada pembalut pun sebenarnya tidak terlampau perlu. “Intinya, sih, membuat nyaman. Apakah daya serapnya baik dan ukurannya pas? Itu saja cukup. Karena ada juga, kan, pembalut yang penyerapannya tidak maksimal.”
Rutin Ganti Pembalut
Normalnya, haid terjadi dalam siklus 21-35 hari, selama tiga hingga tujuh hari dalam satu siklusnya. Dalam kisaran yang normal pula, jumlah darah selama satu siklus menstruasi kurang lebih sebanyak 50 cc. Namun jumlah darah selama haid pada setiap perempuan berbeda-beda. Oleh karena itu, sebenarnya tidak ada aturan baku mengenai jangka waktu mengganti pembalut.
Meski demikian, kunci menjaga kebersihan dan kesehatan vagina selama masa menstruasi, tegas Junita, adalah dengan rutin mengganti pembalut. “Jadi tidak perlu memilih pembalut yang seperti apa, yang penting rutin menggantinya,” tambahnya. Waktu terbaik untuk segera mengganti pembalut adalah ketika Anda sudah merasa lembap dan tidak nyaman. “Intinya jika pembalut dirasa sudah penuh, lembap, dan membuat tidak nyaman, berarti harus diganti. Umumnya setiap empat hingga enam jam sekali,” tutur Junita.
Jadi, jangan menunda penggantian pembalut sebab perempuan menghasilkan bahan sekresi yang bersifat basa ketika menstruasi. Jika darah haid didiamkan menempel terlalu lama, pembalut dapat menjadi tempat berkembangnya jamur. Anda tak ingin, kan, organ reproduksi menjadi gatal dan berbau karena malas mengganti pembalut?
Mengenal Tampon
Fungsi dan bahan dasar tampon sebenarnya sama saja dengan pembalut. Namun, bahan pembuat tampon dipadatkan sehingga berbentuk tabung. “Pengunaannya dimasukan ke liang vagina sehingga kita lebih leluasa bergerak. Itu kelebihannya. Namun risikonya pun lebih besar karena posisi tampon lebih dekat ke mulut rahim," papar Junita.
Karena penggunaannya dimasukan langsung ke liang vagina, maka selain memastikan ukuran yang dipilih sesuai, tangan juga harus benar-benar bersih sebelum menggunakan tampon. “Agar tetap bersih dan mencegah timbulnya bakteri, lebih baik ganti setiap tiga jam sekali dan tidak digunakan ketika tidur. Karena waktu tidur itu lama dan ketika itu bakteri bisa tumbuh,” pungkas Junita.
Penggunaan tampon di Indonesia memang tidak begitu populer. Pasalnya, penggunaan tampon yang dimasukkan ke liang vagina pun memiliki risiko tersendiri. “Misalnya pada perempuan yang belum menikah, pasti ada ketakutan menggunakannya karena bisa jadi menembus atau melukai selaput dara. Apalagi jika menggunakan tampon berukuran besar. Seperti pembalut, tampon pun tersedia dalam berbagai ukuran,” papar Junita.
Perlu Panty Liners?
Menjelang siklus menstruasi, tak jarang perempuan mengalami masa keputihan. Untuk menyiasatinya, beberapa orang memilih menggunakan panty liners untuk menjaga permukaan vagina agar tetap kering.
Sebenarnya, perlukah menggunakan panty liners ini? “Pada dasarnya, vagina dapat membersihkan daerah kewanitaannya sendiri, jadi itu tidak perlu. Memang itu dapat menyerap lendir, tapi sebaiknya tidak digunakan rutin karena justru tidak sehat jika terus menggunakannya,” papar Junita. Pasalnya, meskipun tujuan menggunakan panty liners untuk menjaga permukaan vagina agar tetap kering, pada kenyataannya penggunaan panty liners justru membuat permukaan vagina tidak memiliki ruang untuk bernapas sehingga membuat lembap.
“Ketika memang sedang keputihan tak apa menggunakan, tapi sesekali saja. Sesuaikan dengan tujuannya juga. Artinya, lihat kebutuhannya. Jangan digunakan secara rutin,” pungkas Junita. (tabloid nova)