Tinggi, Kasus Hepatitis C Akibat Narkoba Suntik


Data terbaru Departemen Kesehatan (Depkes) menunjukkan kasus hepatitis C di Indonesia paling banyak ditemukan di kalangan pengguna jarum suntik narkoba.

Berdasarkan hasil Evaluasi Pengumpulan Data Hepatitis C Tahap I yang dilakukan Depkes terungkap bahwa hampir 40  persen pasien hepatitis C yang terdata mengaku menggunakan jarum suntik narkoba. Sedangkan kasus yang disebabkan perilaku seks tidak aman, tato, transfusi darah, penularan dari keluarga yang positif dan lain-lain persentasenya relatif lebih kecil.


Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Depkes, DR. Dr. Tjandra Yoga Aditama, menyatakan tinggi kasus yang disebabkan penggunaan jarum suntik ini menjadi catatan penting yang harus ditindaklanjuti.

Dari total sebanyak 5.870 kasus hepatitis di Indonesia berdasarkan hasil pendataan tahap pertama yang dilakukan  Oktober 2007 hingga 9 September 2008, 40 persen di antaranya berasal dari pengguna jarum suntik.

"Dari kasus yang dilaporkan berdasarkan pengakuan pasien, 40 persen kasus hepatitis C berasal dari pengguna jarum suntik. Ini adalah masalah besar untuk penularan penyakit,  bukan hanya HIV AIDS tetapi juga hepatitis  " ujar Tjanda di sela-sela  Peluncuran Program Pendataan Penyakit Hepatitis C Tahap II di Jakarta, Kamis (11/10).

Pada tahap I, program pendataan hepatitis C telah dilaksanakan di 11 provinsi dengan 49 unit pelapor terdiri dari 13 rumah sakit, 24 laboratorium dan 12 unit transfusi darah.  Provinsi tersebut adalah DKI, Sumut, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Sulses, Sulut, Bali, Kalbar dan Papua.  Pada tahap ini, tingkat partisipasi unit yang terlibat mencapai 96 persen melampaui target yang ditentukan.

Program pendataan penyakit Hepatitis C  merupakan kerjasama antara Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Dirjen P2PL) dan PT Roche Indonesia. Program tahap II akan berlangsung dari tanggal 1 Oktober sampai 31 Maret di 10 provinsi dengan 135 unit pelapor yang tersebar. (kompas, 11 September 2008)