Ada puluhan, bahkan lebih seratus penyakit yang disebabkan oleh virus pada manusia. Pada hewan lebih banyak lagi. Sebagian memang virus yang langsung menyerang manusia. Sebagian kecil virus pada hewan yang bisa menyerang manusia juga (zoonotic virus). Dua-duanya sama-sama ganas. Sudah ditemukan lebih 30 grup virus yang mengintai manusia. Masing-masing memiliki subgrupnya sendiri. Tidak selalu mudah dikenali. Kadang-kadang tidak jelas gejalanya. Sebagian penyakit degeneratif juga diperankan oleh adanya virus, selain berpotensi mencetuskan kanker juga.
Virus ada di sekitar kita. Sayangnya virus tidak tampak oleh mata telanjang. Bahkan dengan menggunakan mikroskop biasa untuk melihat kuman saja pun virus tidak kelihatan. Virus tergolong bibit penyakit paling kecil. Perlu mikroskop elektron karena ukurannya hanya perseratus dan yang lebih besar hanya persepuluh mikron saja.
Virus bertebaran di udara bebas. Tentu berasal dari udara napas orang pengidap virus yang tersembur sewaktu batuk, bersin, bahkan bercapak-cakap. Virus flu berasal dari udara napas pasien flu. Virus lain berasal dari saluran pencernaan. Penularan virus juga bisa melalui hubungan seks (hepatitis B, hepatitis C, HIV, dan herpes) selain kontak langsung dengan kulit (cacar air dan cacar) yang ada penyakit virusnya, atau gigitan hewan atau serangga (rabies dan demam berdarah dengue).
Berbeda dengan bibit penyakit yang lebih besar, yakni bakteri, kuman, dan parasit, virus hidup di dalam sel inang yang ditumpanginya. Ia mengacaukan sel tubuh yang dihuninya. Selain sebagai penyebab infeksi, sebagian virus juga bersifat pencetus kanker (oncogenic). Sebut saja virus human papilloma (HPV) pencetus kanker leher rahim (carcinoma cervicis uteri), selain sudah lama tumor Burkitt.
Kalau bibit penyakit lain dengan mudah dibasmi degan obat antibiotika dan hampir semua jenis antibiotika bisa menumpasnya, tidak demikian dengan virus. Baru sebagian kecil virus bisa ditumpas dengan obat antivirus (idoxuridine, amantadine, methisaxone). Dan, belum semua penyakit virus sudah ada imunisasi penangkalnya. Kita baru mengenal vaksin polio, rabies, campak, campak jerman, gondong (mumps), hepatitis B, cacar air, cacar, demam kuning (yellow fever), radang selaput otak (meningitis), dan flu.
Ya, virus erat kaitannya dengan daya tahan tubuh. Ditentukan oleh seberapa kuat kekebalan tubuh terbentuk. Sejak lahir bayi masih membawa kekebalan tubuh dari ibu. Dengan bertambahnya umur, kekebalan dasar tubuhnya menurun, dan pemberian imunisasi meningkatkannya kembali.
Sudah disebut, tidak untuk mengebalkan semua jenis virus. Hanya beberapa saja penyakit virus yang bisa dikebalkan. Yang lainnya belum ada vaksinnya. Virus demam berdarah (DBD) belum ada penangkalnya. Begitu juga dengan virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Untuk virus yang belum ada vaksinasinya, dilakukan pencegahan secara lain. DBD dengan menumpas nyamuk pembawa virusnya Aedes aegypti dan Aedes albopyctus), dan HIV dengan menghindar dari perilaku seks menyimpang. Selebihnya memperkuat daya tahan tubuh.
Seperti halnya bibit penyakit lainnya, ratusan jenis virus berseliweran di sekitar kita. Kita tak mungkin mengelaknya karena kita tidak melihatnya. Virus ada di udara yang kita irup, mungkin di air yang kita minum, atau di makanan yang kita santap, selain di jemari tangan kita sendiri.
Waktu musim flu burung berjangkit dan SAR (severe acute respiratory diseases) mewabah, semua tempat-tempat umum berpotensi menjadi sumber penular kedua virus ganas tersebut. Maka, di Singapura, ada petugas yang setiap saat menyeka tombol lift (elevator), gagang telepon umum, pegangan pintu toilet, kursi, meja, dan semua bagian di tempat-tempat umum yang sering dan banyak disentuh orang. Pada bagian-bagian yang sering dan banyak disentuh itu virus SAR dan flu burung melekat.
Selain memakai masker penutup hidung agar virus yang beredar di udara tak terirup memasuki pernapasan orang di sekitar, kebersihan tangan perlu dijaga. Perlu lebih sering mencuci tangan setiap pulang bepergian. Tidak sembarang memasukkan jari tangan ke liang hidung atau mulut, karena besar kemungkinan jemari tangan sudah tercemar virusnya.
Jadi, soal nasib saja kalau seseorang terjangkit virus yang belum ada vaksin untuk bisa mengebalkan dengan imunisasi. Kalau udara pernapasan dimasuki virus penyebab radang otak (encephalitis) atau radang selaput otak (meningitis), maka nasib namanya kalau mendadak kejang-kejang lalu koma. Sebagian langsung meninggal. Yang lain gangguan saraf wajah, selain ada juga yang mengenai saraf mata, pendengaran, atau bagian otak lainnya. Tak jarang yang menyisakan kelumpuhan.
Tentu tidak setiap tubuh yang dimasuki virus berpotensi menimbulkan penyakit berat pasti akan jatuh sakit. Faktor kekebalan tubuh menentukan apakah virusnya akan dilawan dan kalah oleh sistem imunitas tubuhnya. Makin kuat daya tahan tubuh, makin kecil kemungkinan terjangkit penyakit virus.
Namun, dengan bertambahnya umur, sistem kekebalan tubuh makin menurun. Artinya risiko terjangkit penyakit virus makin besar. Tidak ada cara lebih baik untuk memelihara kekebalan dan daya tahan tubuh daripada memilih hidup tertib. Jadwal makan, jadwal jeda dan tidur, jadwal bergerak badan yang ditata tertib dan teratur, diharapkan mampu menjaga daya tahan tubuh tetap kokoh.
Bukan saja tertib waktu makan, melainkan juga jangan takut makan. Umumnya dengan pilihan berusaha banyak berpantang agar tidak gemuk dan agar lemak darah tidak tinggi, justru memperlemah daya tahan tubuh. Kita tahu untuk membangun sistem imunitas butuh menu harian yang lengkap. Tak cukup hanya sayur-mayur, melainkan juga aneka menu berprotein. Protein tak cukup hanya dari nabati (plant-base protein), melainkan perlu protein hewani juga (animal-base protein).
Gugus protein bernama asam amino. Tubuh membutuhkan puluhan asam amino untuk memelihara sel-sel tubuh, selain membangun sistem imunitas. Nilai biologis protein ditentukan oleh seberapa lengkap kandungan asam aminonya dan asam amino esensial. Protein hewani lebih lengkap dibanding protein nabati. Telur memiliki biological value (BV) yang paling sempurna karena lengkap kandungan asam amino esensialnya.
Selain kecukupan gizi dalam menu harian, perlu cukup bergerak badan. Aliran darah harus deras mengalir sampai ke pelosok tubuh agar setiap sel mendapatkan makanan dan oksigen. Hanya dengan bergerak badan, darah deras mengalir. Kalau darah deras mengalir, seluruh sel mendapat kecukupan makan, selain pasokan zat kekebalan. Zat kekebalan buatan tubuh ada yang berupa sel darah putih, ada juga yang berupa cairan (immunoglobulin). Kualitas keduanya ditentukan oleh kelengkapan menu harian.
Sekarang ada bahan berkhasiat yang mendongkrak sistem imunitas tubuh. Tubuh dipacu untuk melakukan ungkitan kekebalannya. Zat ini tergolong immunomodulator. Oleh karena untuk melawan virus hanya mengandalkan kekebalan tubuh, maka pada saat virus menyerang, bahan yang bersifat immunomodulator andalannya.
Di negara-negara Eropa jenis virus influenza tergolong ganas, karena tak jarang bisa sampai mematikan. Maka, imunisasi flu dinilai bermanfaat, terutama bagi kelompok usia lanjut. Kita tahu flu pada kelompok usia tua makin berat dibanding pada kanak-kanak.
Munculnya Infeksi-Infeksi Susulan Akibat Penyakit Virus
Yang acap terjadi, infeksi virus yang makin memperlemah kondisi tubuh. Tubuh dalam kondisi sedemikian tak berdayanya sehingga rentan ditungganggi bibit penyakit lain. Maka, terjadi apa yang disebut “superbug”. Muncul infeksi baru. Kalau semula flu ingusnya masih bening encer, bila sudah ditunggangi kuman, maka ingus berubah kental hijau kekuningan. Ini petunjuk pasien flu mulai perlu diberikan antibiotika.
Oleh karena virus tak mempan dengan antibiotika, maka pemberian antibiotika pada pasien flu yang belum berkomplikasi sikap yang mubazir belaka. Kasus herpes penyakit virus yang perlu diberikan antivirus. Kendati bukan untuk membasmi virusnya yang masih akan tetap bercokol di bawah kulit sepanjang hayat, antivirus mempercepat kesembuhan, selain mencegah tidak sering kambuh berulang.
Ada juga jenis virus yang masa tunasnya panjang. Kita tahu virus HIV bisa sampai 8 tahun penyakit AIDS-nya baru muncul. Jenis “slow virus: ini sering tidak jelas awal gejalanya. Diduga sejumlah penyakit degeratif juga diperankan oleh kehadiran virus-virus tertentu, termasuk kejadian sumbatan pembuluh koroner jantung, atau pembuluh darah otak. Adanya virus Epstein-Barr misalnya.
Jadi, selain potensi mencetuskan kanker, virus-virus tertentu juga mendukung kejadian beberapa penyakit degeneratif. Dan, ini bentuk serangan bagi kelompok usia lanjut. Sekali lagi makin bertambah umur, makin perlu menguatkan sistem imunitas demi terhindar dari kemungkinan kanker selain penyakit virus yang belum semua ada obat antinya.