Meningitis bakterial (disebabkan bakteri) bisa mematikan. Kabar baiknya: Angka kejadian terus berkurang karena kebanyakan anak sekarang diimunisasi dengan dua vaksin pelindung, yakni Hib dan pneumoccocal.
Di Indonesia, serangan bakteri ini juga relatif langka. Kebanyakan kasus meningitis (radang selaput yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang) pada saat ini disebabkan virus, bukan bakteri, dan tidak membahayakan nyawa anak. Meski begitu, tetap saja termasuk kasus darurat karena meningitis bakterial harus tetap disembuhkan.
Tanda-tanda umum:
- pusing
- demam
- leher kaku
- keletihan
Hati-hati bila terjadi demam (yang ringan sekalipun) dan leher kaku. Bila anak mengalami kedua gejala tersebut, cepat-cepat bawa ke UGD.
Bagi bayi dan batita, yang notabene belum bisa bilang kalau lehernya kaku, coba lihat apakah ia kelihatan gelisah, hilang nafsu makan, muntah-muntah, plus demam tinggi. Satu petunjuk: anak terus-terusan gelisah.
"Ketika rewel, biasanya bayi minta digendong dan dipeluk. Namun, hal ini malah membuat si kecil kesakitan karena jaringan saraf tulang belakang sedang meradang," ujar Dr. Shaw. Bayi akan menangis lebih hebat lagi saat popoknya diganti karena merasa kesakitan ketika kakinya diangkat.
Bila Anda sudah memberi obat penurun panas, itu sudah oke. Tetapi, segera hubungi dokter atau cepat menuju UGD begitu Anda menduga adanya gejala meningitis. Jangan tunda hubungi dokter anak, bila si kecil tampak sangat lesu, salah satu gejala penyakit sudah berlanjut.
Di UGD, si kecil mungkin akan disuntik pada celah ruas tulang belakang untuk mendiagnosa adanya meningitis bakterial. Ia juga akan diinfus antibiotika untuk berjaga-jaga kemungkinan kasus yang dideritanya dikarenakan bakteri.
Bila virus yang jadi biang keladinya, anak tetap perlu diinfus bila ia dehidrasi, dan juga mendapat obat-obatan pengurang rasa sakit -- dan penurun demam --, serta diinapkan di rumah sakit selama 1-2 hari. Bila terkena meningitis bakterial, si kecil harus dirawat minimal selama seminggu, sampai meningitisnya hilang.