Pria yang punya penyakit jantung dan menderita disfungsi ereksi perlu lebih mewaspadai kesehatannya karena mereka lebih berisiko terkena serangan jantung, stroke, dan meninggal akibat gagal jantung.
Sebenarnya tidak ada alasan kemampuan seksual seseorang akan berubah karena usia Anda bertambah. Para ahli menemukan penyempitan pembuluh darah sebagai salah satu alasan mengapa alat vital seorang pria tidak dapat berfungsi dengan baik.
Jika dulu impotensi hanya dipandang sebagai masalah psikologis, kini para dokter meyakini impotensi terkait dengan gangguan endotel yang terjadi akibat aterosklerosis (timbunan plak yang menumpuk dalam arteri sehingga arteri menyempit dan menghambat aliran darah).
Penyempitan arteri ini bisa terjadi di seluruh pembuluh darah, termasuk yang menuju ke organ genital. Yang menjadi inti dalam hal ini bahwa apa pun yang menghentikan alirah darah ke penis akan memperkecil peluang Anda untuk mendapatkan ereksi.
Oleh karena itu, seorang pria yang mengalami impotensi perlu memahami bahwa kondisi tersebut merupakan faktor risiko serangan jantung dan stroke, seperti halnya tekanan darah tinggi dan kolesterol.
"Jika seorang pria menderita disfungsi ereksi, ia harus segera mendapat pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui adanya faktor risiko lain penyebab penyakit kardiovaskuler," kata Dr Michael Bohm, Ketua Departemen Kardiologi dan Intensive Care dari Universitas Saarland, Jerman.
Berdasarkan penelitian yang dilakukannya terhadap lebih dari 1.500 pria yang mengikuti penelitian tentang terapi penyakit jantung, para pria yang menderita penyakit pembuluh darah dan impotensi berisiko 1,9 kali lebih tinggi mengalami kematian akibat penyakit pembuluh darah, berisiko dua kali lebih tinggi mengalami serangan jantung, dan berisiko 1,1 kali dirawat karena gagal jantung dan berisiko 1,1 kali terkena stroke.
Bohm dan timnya juga menemukan, pria yang menderita impotensi cenderung memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes dibandingkan kelompok pria yang tidak impoten. Diabetes dan tekanan darah tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf dan memperburuk keadaan pembuluh darah.
Laporan riset ini juga dipublikasikan dalam jurnal Circulation pada 15 Maret.
(Sumber: Healthday News ,Kompas, Kamis, 18/3/2010)