BILA Anda pria yang kerap terbangun dari tidur malam akibat kesulitan bernafas sebaiknya waspada. Gangguan tidur yang dalam istilah medis disebut sleep apnea itu ternyata bisa berakibat fatal bagi kemampuan ereksi kaum Adam.
Sebuah laporan riset mengindikasikan, sleep apnea dapat menimbulkan risiko mengalami impotensi atau disfungsi ereksi akibat deprivasi atau hilangnnya jumlah oksigen yang masuk dalam tubuh saat peristiwa gangguan bernafas.
Ilmuwan dari University of Louisville dalam risetnya terhadap binatang tikus menemukan, bahwa kondisi yang disebut hipoksia intermiten kronis (CIH) atau minimnya jumlah oksigen akibat sindrom sleep apnea obstruktif (OSAS) dapat mempengaruhi kemampuan ereksi.
Seminggu saja tikus mengalami CIH, kemampuan mereka untuk ereksi secara spontan setiap hari menurun 55 hingga persen. Setelah lima pekan, durasi atau waktu yang dibutuhkan tikus pada saat kawin menjadi bertambah lama sekitar 60-kali lipat.
Hasil penelitian yang dimuat jurnal American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, edisi September ini juga menunjukkan bahwa ketika tikus kembali mendapat kadar oksigen standar selama enam pekan, fungsi dan kemampuan ereksi mereka secara alami pulih kembali hingga 74 persen .
Selain itu, terapi obat menggunakan tadalafil yang nama generiknya Cialis, serta peningkatkan ketersediaan nitrat oksida, mampu mengembalikan fungsi seksual dan ereksi hampir seluruh tikus ke tingkat yang normal.
"Meskipun CIH berlangung pada periode yang pendek ... ada kaitannya dengan dampak signifikan dari aktivias seksual dan fungsi ereksi," ungkap Dr. David Gozal, profesor pediatrik di University of Louisville.
Peneliti juga menyatakan tidak ditemukannya perbedaan kadar testosteron atau indikator lainnya yang berhubungan dengan fungsi ereksi pada tikus yang mengalami CIH selama delapan pekan.(Sumber :healthdaynews, Kompas,Selasa, 23 September 2008)
Sebuah laporan riset mengindikasikan, sleep apnea dapat menimbulkan risiko mengalami impotensi atau disfungsi ereksi akibat deprivasi atau hilangnnya jumlah oksigen yang masuk dalam tubuh saat peristiwa gangguan bernafas.
Ilmuwan dari University of Louisville dalam risetnya terhadap binatang tikus menemukan, bahwa kondisi yang disebut hipoksia intermiten kronis (CIH) atau minimnya jumlah oksigen akibat sindrom sleep apnea obstruktif (OSAS) dapat mempengaruhi kemampuan ereksi.
Seminggu saja tikus mengalami CIH, kemampuan mereka untuk ereksi secara spontan setiap hari menurun 55 hingga persen. Setelah lima pekan, durasi atau waktu yang dibutuhkan tikus pada saat kawin menjadi bertambah lama sekitar 60-kali lipat.
Hasil penelitian yang dimuat jurnal American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, edisi September ini juga menunjukkan bahwa ketika tikus kembali mendapat kadar oksigen standar selama enam pekan, fungsi dan kemampuan ereksi mereka secara alami pulih kembali hingga 74 persen .
Selain itu, terapi obat menggunakan tadalafil yang nama generiknya Cialis, serta peningkatkan ketersediaan nitrat oksida, mampu mengembalikan fungsi seksual dan ereksi hampir seluruh tikus ke tingkat yang normal.
"Meskipun CIH berlangung pada periode yang pendek ... ada kaitannya dengan dampak signifikan dari aktivias seksual dan fungsi ereksi," ungkap Dr. David Gozal, profesor pediatrik di University of Louisville.
Peneliti juga menyatakan tidak ditemukannya perbedaan kadar testosteron atau indikator lainnya yang berhubungan dengan fungsi ereksi pada tikus yang mengalami CIH selama delapan pekan.(Sumber :healthdaynews, Kompas,Selasa, 23 September 2008)