Jangan terburu-buru ‘menuduh’ sampo atau produk hair styling yang Anda pakai sebagai penyebab kerontokan rambut Anda. Kondisi tubuh Anda yang sedang bermasalah justru bisa jadi pemicunya.
Anda sudah mengganti sampo, menanggalkan pemakaian produk-produk hair styling yang diduga merupakan penyebab masalah pada rambut Anda, tapi nyatanya rambut tetap saja rontok. Masalah rambut memang bukah hanya karena faktor eksternal seperti pajaran sinar matahari, sampo yang kurang cocok atau pemakaian aneka produk hair styling. Timbulnya kerontokan rambut bisa akibat faktor internal pada tubuh, seperti diet yang salah, kehamilan, stres, penyakit atau perubahan hormonal. Yang penting cari tahu dulu penyebabnya, agar Anda dapat mencari solusinya.
1. Diet
Banyak wanita mencoba berbagai metode diet untuk menurunkan berat badan. Sebenarnya sah-sah saja, asal diet yang dipilih aman bagi kesehatan. Sayangnya karena ingin menurunkan bobot dengan cepat, banyak wanita yang mengambil jalan pintas, misalnya dengan ‘memangkas’ kalori dan nutrisi secara berlebihan. Padahal cara ini dapat membuat tubuh kekurangan zat-zat gizi yang penting. Juga membuat kondisi tubuh jadi tidak seimbang. Akibatnya terjadilah kerontokan rambut. Berkurangnya asupan nutrisi ke rambut, dapat membuat batang rambut melemah sehingga lebih mudah patah.
Sebagai contoh, diet rendah protein akan memicu tubuh untuk berusaha keras menyelamatkan sisa-sisa protein yang ada dengan cara mengubah folikel rambut masuk ke dalam kondisi istirahat. Ini disebabkan protein dibutuhkan oleh setiap sel tubuh, termasuk untuk pertumbuhan rambut. Tanpa jumlah protein yang mencukupi, tubuh tidak dapat memproduksi helai rambut baru untuk menggantikan rambut yang mati. Memang kerontokan dalam jumlah besar tidak terjadi seketika, biasanya baru tampak beberapa bulan kemudian.
Masalah rambut yang disebabkan oleh kekurangan zat gizi bisa diperbaiki dengan cara mengatur kembali pola makan yang sehat dan seimbang. Bagaimanapun juga, rambut membutuhkan nutrisi untuk tumbuh dan ‘tampil’ sempurna. Nutrisi yang berperan penting untuk kesehatan rambut di antaranya yaitu vitamin A, B, C, biotin, copper, zat besi, zinc, protein, dan air.
2. Penyakit
Masih banyak orang yang tidak menyadari adanya keterkaitan antara masalah pada rambut dengan penyakit yang diderita. Pasalnya kerontokan baru tidak muncul dengan seketika, melainkan baru timbul beberapa bulan setelahnya. Misalnya saja pada penderita kanker yang melakukan chemotherapy, kerontokan pada rambut baru akan terjadi kira-kira 10 hari kemudian.
Beberapa penyakit lain yang dapat menyebabkan kerontokan rambut diantaranya :
* Suhu tubuh panas yang berkepanjangan akibat adanya infeksi yang mengakibatkan kerontokan bahkan alopeda (kebotakan) pada rambut.
* Hyperthyroid atau hypothyroid merupakan salah satu kelainan yang berkaitan dengan kerontokan rambut. Dalam beberapa kasus, kerontokan yang terjadi hanya minimal, tapi ada juga penderita hyperthyroid maupun hypothyroid mengalami kerontokan rambut yang cukup hebat. Kendati demikian, kerontokan rambut yang berkaitan dengan kelainan pada fungsi tiroid ini biasanya dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat. Bila Anda curiga menderita kelainan fungsi tiroid, segeralah kunjungi dokter.
* Systemic lupus erythematosus, merupakan suatu penyakit auto-imun yang menyebabkan terjadinya peradangan pada beberapa sistem organ. Penyakit ini lebih banyak diderita wanita daripada pria. Hampir 50% penderita lupus mengalami kerontokan rambut.
* Obat resep merupakan sumber lain penyebab kerontokan rambut. Beberapa contoh obat yang dapat memicu kerontokan rambut diantaranya: Heparin dan Coumarin (obat pengencer darah), Alloppurinol (obat penyakit gout), Clofibrate dan Gemfibrozil (obat penurun kolesterol). Yang lainnya yaitu beberapa jenis obat arthritis, anti-depressants, obat hipertensi, serta vitamin A dosis tinggi.
* Operasi besar memicu timbulnya stres / shock pada sistem tubuh yang berdampak pada terjadinya kerontokan rambut. Kerontokan tersebut umumnya baru disadari satu hingga tiga bulan kemudian. Kondisi ini umumnya akan pulih dengan sendirinya.
3. Hormon
Kerontokan rambut juga bisa ditimbulkan oleh faktor hormonal. Hal ini dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pada wanita, perubahan hormonal ini biasanya terjadi seiring pertambahan usia, saat melahirkan maupun mendekati masa menopause. Dapat juga ditimbulkan oleh pemakaian pil KB atau Hormone Replacement Ttherapy (HRT). Dalam kasus ini biasanya dokter akan menyarankan untuk menghentikan dulu pemakaian pil KB atau terapi sulih hormon.
Pada prinsipnya hormon berfungsi untuk merangsang pertumbuhan rambut. Namun, perubahan hormonal pada tubuh justru berdampak besar pada terjadinya kerontokan rambut. Estrogen diketahui dapat menjaga rambut dan kulit awet muda, atau dengan kata lain memiliki efek anti aging. Hanya saja, pada sebagian orang bisa terjadi efek sebaliknya. Rontoknya rambut ini banyak disebut-sebut sebagai efek samping dari penambahan estrogen ke dalam tubuh, walaupun ini memang jarang terjadi.
4. Hamil dan Melahirkan
Merupakan masa dimana terjadi fluktuasi hormon pada wanita. Di saat hamil, kelenjar minyak akan bekerja sangat aktif, membuat rambut Anda akan lebih cepat kotor dan lepek. Namun, banyak wanita yang juga merasakan kalau rambut mereka jadi lebih tebal dan sehat semasa hamil. Hal ini disebabkan meningkatnya hormon estrogen dan progesteron yang membuat lebih banyak rambut berada dalam masa pertumbuhan.
Ketika melahirkan, folikel rambut yang tertunda untuk memasuki masa istirahat (telogen) secara tiba-tiba harus masuk masa istirahat dikarenakan menurunnya kadar hormon estrogen dan progesteron yang drastis. Selanjutnya, dua hingga tiga bulan setelah melahirkan rambut tersebut akan mulai rontok. Kondisi ini akan berlangsung selama kurang lebih satu hingga enam bulan. Hal yang sama juga terjadi pada kasus aborsi dan keguguran akibat perubahan kadar hormon yang sangat drastis
Tapi jangan khawatir, walau perlahan, rambut Anda akan kembali normal dengan sendirinya. Untuk mempercepat pertumbuhan rambut, Anda dapat mengkonsumsi vitamin dan mineral serta makanan yang mengandung nutrisi yang baik untuk pertumbuhan rambut.
5. Stres
Kondisi kulit kepala bisa menjadi barometer adanya perubahan pada tubuh. Bila Anda mengalami stres yang hebat, tubuh Anda akan memicu peningkatan kadar hormon testosteron yang diubah menjadi DHT (Dihydrotestosterone) untuk ‘mengacaukan’ siklus pertumbuhan rambut. Akibatnya suplai oksigen ke kapiler terhambat, menyebabkan folikel rambut kekurangan oksigen dan nutrisi.
Stres, apapun penyebabnya diduga sebagai penyebab memburuknya masalah pada kulit kepala yang semula sudah ada, demikian menurut Jerome Shupack, M.D., dokter spesialis kulit dari New York. Dr. Shupack bahkan punya istilah khusus untuk menyebut masalah pada kulit kepala ini, yaitu Executive Scalp Syndrome, atau scalp stress. Nama ini ia berikan berhubungan dengan banyak ditemukannya para eksekutif dari berbagai usia, pria maupun wanita yang bekerja dalam tekanan tinggi dan rentan stres mengalami masalah pada kulit kepala seperti mengelupas dan gatal. “Tampaknya ada keterkaitan psikologis antara masalah pada kulit kepala dan stres akibat pekerjaan mereka,” kata Shupack.
Namun, Dr. Shupack mengatakan bahwa fenomena masalah kulit kepala akibat stres ini tidak hanya terbatas pada para eksekutif. Para ibu yang baru saja melahirkan serta merasa stres berat merawat anak yang baru dilahirkannya juga akan mengalami gatal-gatal pada kulit kepalanya. Begitu juga dengan mereka yang mengalami kejadian traumatik atau punya masalah keluarga yang kompleks dapat mengalami masalah pada kulit kepala.
Bagaimana stres dapat memperburuk masalah pada kulit kepala? Banyak ahli yang pecaya bahwa kalau alasannya adalah sebagai berikut: saat tubuh stres, berpengaruh pada sistem imunitas. Menurunnya sistem imunitas merangsang pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale. Sebenarnya, pada kondisi normal jamur ini dapat ditemukan di rambut dan kulit kepala. Namun, saat imunitas tubuh menurun akibat stres yang berkepanjangan, jamur tersebut akan tumbuh dengan lebih cepat, menimbulkan gatal dan ketombe di kulit kepala.
Stres berkepanjangan juga dapat menyebabkan folikel rambut berhenti tumbuh secara prematur, dan masuk ke fase istirahat. Rambut tersebut akan bertahan dalam fase tersebut selama kurang lebih tiga bulan sebelum akhirnya gugur. Umumnya kondisi tersebut hanya bersifat sementara. Namun, pada beberapa kasus bisa saja terus berlanjut hingga masalah yang menjadi penyebabnya teratasi.