Teman Pria Banyak, tapi Tak Satu pun Jadi Pacar?

Kata orang, hubungan terbaik adalah yang berangkat dari pertemanan, atau persahabatan. Jadi, Anda pun bertekad membina hubungan sebaik-baiknya dengan beberapa teman pria Anda.

Namun, setelah bertahun-tahun mengenal mereka, kenapa ya, Anda tak bisa memandang mereka lebih dari sekadar teman? Kalau pun Anda memutuskan untuk mengajak salah satu di antara mereka untuk "berkencan", apakah ia akan merasa sedang berkencan dengan Anda? Sebab, sebelumnya Anda berdua juga sudah sering jalan bareng. Anda juga sering meminta bantuannya untuk memperbaiki komputer yang ngadat dan semacamnya. Pendek kata, Anda merasa nyaman saat bersamanya, karena Anda bisa menjadi diri sendiri.

Tetapi, seringkali hubungan Anda tak beranjak dari pertemanan tersebut. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Menurut Rich Santos, kolumnis hubungan di berbagai media gaya hidup, ada beberapa hal yang hilang dari suatu persahabatan, yang membuat kita tak dapat meningkatkan hubungan tersebut menjadi hubungan cinta. Anda ingin tahu apa saja?

Timing. Mempertaruhkan pertemanan untuk percintaan, kadang-kadang bukan ide yang bagus. Namun lebih mudah mengambil risiko tersebut sebelum hubungan pertemanan Anda terlalu solid. Anda harus tahu kapan dan bagaimana membuat transisi dari teman menjadi pacar. Ada hubungan persahabatan yang berubah begitu saja menjadi percintaan, ada pula yang saling  berkomitmen untuk membangun hubungan yang serius.

Ketertarikan fisik. Mungkin ada ketertarikan fisik yang terjadi sebelum atau selama pertemanan berlangsung. Namun, setelah Anda mengenal teman pria ini lebih dalam, kadang-kadang Anda tak lagi mempedulikan fisiknya yang menarik. Bahkan lama-kelamaan ia juga menganggap Anda salah satu teman prianya.

Berbunga-bunga. Jika Anda mempunyai teman dekat, Anda pasti senang berada di sisinya. Namun ada suatu perasaan yang tak dapat digambarkan, yang dapat mendorong hasrat dan mengintensifkan hubungan Anda. Seperti pada ketertarikan fisik, rasa berbunga-bunga ini bisa menghilang ketika Anda sudah amat mengenalnya.

Deg-degan. Ketika mendengar namanya disebut saja, Anda sudah merasa deg-degan. Apalagi ketika mencium aroma tubuhnya saat si dia berada di sekitar Anda. Saat Anda seorang diri di kamar saja Anda seolah masih bisa mencium wanginya. Nah, hal ini mungkin saja terjadi ketika Anda baru pada tahap awal mengenalnya. Ketika deg-degan itu lenyap akibat terlalu sering menemuinya, sulit mengembalikan rasa tersebut.

Penasaran. Begitu Anda mengenal seseorang lebih baik, mereka tak lagi sulit didapatkan. Anda tak lagi merasa "berprestasi" karena bisa membuatnya hang out bersama Anda, karena tantangannya sudah tak ada. Anda pun tak lagi penasaran dengannya.

Sumber: Marie Claire , kompas,Senin, 15/3/2010